Ciuman Pertama
Pengalaman pertama selalu mengesankan. Apa pun itu. Silakan kamu coba ingat - ingat, hal pertama apa yang paling membuatmu berkesan? Banyak, bukan? Mulai dari mencoba aktivitas baru, mendapatkan prestasi dari hal yang kita suka, berkenalan dengan orang baru, PDKT, cinta pertama, pegangan tangan, hingga ciuman pertama kali. You can name it. Semua orang punya ceritanya.
Kalau kamu tanya, "apa hal yang terlintas ketika ditanya pengalaman pertamaku?" Mungkin, aku akan menjawab, ciuman pertama. Iya, ciuman pertamaku. Bukan pengalaman yang lain, atau apa pun itu. Hanya, ciuman pertama. Aku tidak akan bilang, kalau aku adalah good kisser. Engga, tidak akan pernah bilang. Karena setiap orang punya gaya ciumannya, kenapa aku harus membanggakan hal itu?
Ciuman pertamaku, adalah ciuman yang paling aneh. Iya, aneh. Waktu itu, masih kelas 2 SMP, berarti kira - kira 7 tahun yang lalu. Cukup lama, bukan? Waktu itu, termasuk ke jaman yang tidak bisa dibilang menyenangkan seperti sekarang. Waktu itu semua serba susah, tinggal di rumah kakek - nenek, karena rumah lagi dibangun, Ibu lagi merintis kariernya sebagai guru di salah satu SMK Lamongan, dan Bapak, yang selalu sibuk dengan pekerjaannya.
Aku tidak akan pernah mengutuk keadaan itu, tidak akan pernah. Justru, karena itu aku mulai mengenal yang namanya perempuan. Sebelumnya, belum pernah aku berusaha mengenalnya, karena Ibu adalah sosok yang cukup galak. Terutama, ketika aku terlalu banyak bermain hingga lupa waktu dan sekolah. Ah, masa itu. Inginku menertawainya, tetapi semua kebodohan itu akan kuceritakan nanti, ya?
Perempuan yang kurang beruntung itu, berbeda sekolah denganku. Jadi, semacam LDR kecil - kecilan untuk anak seusiaku. Jangan ketawa! Jaman itu belum ada yang namanya Line, Whatsapp ataupun Skype, jadi kalau mau bertemu SMS dulu. Parah kan? Iya, aku sendiri membayangkannya pun tak kuat. Sungguh memalukan.
Aku kurang ingat, bagaimana aku mengenalnya, tetapi yang pasti kita masih berteman baik. Terkadang, aku mengabarinya, hanya untuk sekedar bertanya kabar. Tetapi, sekarang sudah tidak pernah, mungkin karena sesama sibuk, jadi belum bisa mengabari dulu.
Bentuk kasih sayangnya, berupa perhatian, ucapan selamat pagi ataupun malam sebelum tidur, hangat pegangan tangannya, pelukan, hingga ciuman itu masih bisa sedikit kuingat. Samar - samar teringat, tetapi tetap membekas dalam ingatan.
Aku tidak ingat, kenapa waktu itu aku ingin menciumnya? Apa karena memang waktunya pas? Atau, karena aku penasaran akan rasanya? Atau mungkin, aku tidak ingin kalah dengan teman yang lain? Entah, aku tidak mengingat alasannya secara pasti. Semua berlalu begitu saja.
Tetapi, berbeda dengan alasan, rasa dan kejadiannya masih selalu bisa diingat. Waktu itu, kami berada di salah satu warnet dekat rumah. Iya, warnet, waktu itu masih jamannya itu. Internet masih dimiliki beberapa orang saja, dan warnet selalu menjadi referensi tempat pacaran yang paling murah. Sambil buka Facebook, dan bercerita kejadian apa saja selama kami tidak bertemu, lalu kami ciuman. Iya, begitu saja.
Terdengar sepele, bukan? Tidak ada babibu, ataupun percakapan, hanya terjadi begitu saja. Lalu, perasaan pertama yang ada, adalah pusing. Entah, aku kurang tahu kenapa itu terjadi. Apa aku terlalu cupu? Apa aku tidak tahu cara ciuman yang baik dan benar? Atau ada alasan lain? Entah, aku tidak tahu.
Lalu, aku bertanya kepada dia, bagaimana rasanya? Dia pun menjawab hal yang sama. Aku ingin meminta maaf waktu itu, tetapi aku urungkan saja, waktu itu mulut tidak bergerak sebagaimana mestinya. Aku tahu, aku salah waktu itu, tetapi egoku sepertinya menang waktu itu. Maafkan aku.
Kemudian, semua berjalan sebagaimana mestinya. Akhirnya kita memutuskan untuk berpisah, karena ada alasan satu sama lain. Aku punya pacar, dia punya pacar. Aku masuk SMA, dia juga masuk di SMA lain, hingga kuliah ini kami tidak pernah bertemu lagi.
Meskipun, waktu berlalu begitu saja, seperti tidak ada waktu untuk kita berhenti sesaat dan menikmatinya. Setelah aku mencium banyak perempuan lainnya, berganti hati dari satu ke yang lainnya. Rasa itu masih tetap kuingat, rasa itu masih akan tetap membekas. Karena yang kutahu, pengalaman pertama selalu mengesankan.
Komentar
Posting Komentar