Ego dan Gengsi.


Setelah cukup lama tidak meng-update tulisan dan podcast dengan hal-hal berbau yang sedikit serius. Aku memulainya lagi sekarang. Iya, selama beberapa hari terakhir, dan ke depannya akan mencoba membuatnya secara konsisten. Aku tahu ini akan berat, tapi bagaimana lagi? Toh, aku melakukannya dengan cinta.

Sebenarnya, ada alasan lain mengapa aku memulai ini lagi. Sederhana saja alasannya, yakni aku ingin berdamai dengan diri. Iya, aku selalu ingin berdamai dengan diri sendiri. Sebagian orang bilang, bahwa berdamai dengan diri sendiri adalah hal yang mudah, ada juga yang berkata sebaliknya. Aku termasuk bagian yang cukup susah untuk berdamai dengan diri. Salah satu alasan kenapa hal itu masih terjadi adalah, karena ego dan gengsiku cukup tinggi.

Ego dan gengsi yang tinggi, merupakan salah 2 alasan kenapa manusia jadi susah berkembang. Tidak percaya? Coba deh, lihat berapa banyak manusia yang tidak 'bergerak', karena terlalu mengikuti egonya sendiri? Aku juga merasakan begitu kok. Ketika aku merasa mulai 'dibutuhkan' oleh orang-orang. Aku jadi lupa, bahwa tempatku memulai. Aku jadi lupa akan 'rasa' berkarya. Aku jadi lupa banyak hal. Menyedihkan ya?

Pernah dengar pepatah, 'setiap yang di atas, akan kembali ke bawah. Begitu juga sebaliknya.'? Hahaha, klise ya? Tetapi itu benar terjadi loh. Aku baru saja merasakannya sekarang. Ketika semua 'hiruk pikuk' yang terjadi selama 2018. Aku kembali merasakan di posisi 'bawah'. Semua kilauan dunia sesaat, yang sempat 'mengagumi' tulisanku, kini hilang. Hahaha, mau bersedih, tetapi buat apa? Apakah akan berpengaruh dengan posisi saat ini?

Aku jadi ingat, seorang pembuat konten di YouTube, Casey Neistat. Dia pernah menceritakan tentang masalahnya. Katanya, ketika seseorang dalam zona nyaman, sebenarnya ia sedang men-'degradasi'-kan hidupnya. Jadi, yang awalnya berada di posisi atas, akhirnya menurun hingga ke titik terlemah. it's make sense, right? Lalu, ia menambahkan, memangnya goal itu apa? Ketika kita sampai di titik yang kita mau, pasti kita mau yang lebih, lebih, dan lebih.

Aku diam sejenak, lalu memahami. Bahwasanya, memang hidup begitu kan? Yang dikatakan oleh Casey ada benarnya, fakta di lapangan mengenai ego dan gengsi juga tidak salah. Lalu, mau dikata apalagi? Mengelak pun hanya semakin memperparah keadaan. Aku akan mengakuinya apabila aku salah, karena tak akan ada jalan keluarnya apa bila saling menyalahkan bukan?

Lalu, sekarang apa jalan keluarku? Ya tidak ada, selain berusaha membuat sesuatu yang aku suka. Mulai lagi dari 0, berusaha lagi dari bawah. Siap-siap dihujat lagi kek dulu. Ya mau bagaimana lagi? Toh, lagipula itu adalah sensasi yang mahal. I know i will miss it later, but that's fine. Let's do this again, again, and again.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020

Pecel Lele | Puisi