Melawan Anxiety. - 01 Agustus 2019


Seminggu sebelum tulisan ini naik ke jagat maya, pikiranku melayang-layang. Dipenuhi oleh pikiran buruk, mulai dari perasaan tidak percaya diri, malu, emosi, dan perasaan negatif lainnya. Bangsat memang! Setelah 7 bulan beranjak dari pergantian tahun, perasaan buruk ini selalu muncul di saat yang tidak pernah tepat. Khususnya, ya ketika sibuk seperti sekarang ini.
Aku sempat pergi ke seorang teman, yang bekerja sebagai seorang psikolog. Itupun, beberapa bulan yang lalu, aku lupa tepatnya kapan. Katanya waktu itu, kalau mau lebih lega dan menikmati hidup, coba saja ditumpahkan lewat tulisan, tulis apapun yang dimau, sehingga perasaan dalam dada setidaknya berkurang sedikit.
Aku sempat mengurungkan niat untuk melakukannya, maklum lagi sibuk menyusun skripsi yang sudah diharuskan untuk selesai dalam waktu dekat. Menyebalkan memang! Sudah dipaksa untuk lulus dalam waktu dekat, ditambah hasil kuliah yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, lalu penghasilan yang lagi surut karena minimnya orderan. Lengkap sudah! Ingin mati saja rasanya kalau dalam kondisi seperti ini. Iya, mati.
Aku tahu, aku memang terkesan lemah, mudah menyerah, hina, bahkan mungkin terkesan seperti sampah di hadapanmu. Padahal, kamu sendiri belum mengenalku lebih dalam. Tak apa kok, aku bisa memahaminya, karena aku pun sesekali merasakan hal demikian. Hina, sampah, dan tak berguna sering sekali terdengar dari orang-orang di sekitarku. Apalagi, semenjak kepergiannya 2 tahun lalu, makin hancur sudah hidup ini.
Biarkan aku mengenalkan diri dulu, biar kamu merasa lebih puas! Entah itu puas dalam menghakimi, atau malah... merasa kasihan? Hahaha! Tak usahlah kamu merasa kasihan padaku ini, bukannya kenapa, memangnya apa yang harus dikasihani dari orang sepertiku? Semakin kamu merasa kasihan, bisa jadi aku semakin menjadi menyedihkan. Karena yang aku tahu, ketika ada orang yang merasa kasihan kepada orang lain, orang yang dikasihani malah menjadi-jadi dan tak tahu diri, sedangkan aku tak mau merasakan hal seperti itu. Cukup dengarkan, dan percaya padaku, kalau kamu mau. Iya, kalau kamu mau.
Lana namaku, mahasiswa tingkat akhir yang sedang berusaha lulus dari kampus. Apa yang kudapat dari kampus selama kuliah? Entahlah, kalau mungkin bisa dijabarkan, yang paling sering aku dapatkan ya patah hati dan penolakan. Penolakan dari teman seangkatan, dari kerjaan yang ku bangun sendiri, mantan, dan sahabat yang pernah begitu ku percayanya. Bangsat kan? Hahaha, aku sudah terbiasa dengan hal itu kok.
Seperti pesan motivasi yang sering diomongin orang-orang, kalau gagal itu bangkit lagi. Well, udah kulakukan kok. Tentu aku melakukannya lagi, lagi, dan lagi. Bangkit dari penolakan itu memang tai kok! Sudah coba bangkit sekali, eh dijatuhin teman sendiri. Bangkit lagi, dikata-katain teman sendiri, dibilang tidak realistis. Coba bangkit lagi, eh mantan bilang, kalau aku terlalu gila dengan ideku. Memangnya kenapa dengan ideku? Ada yang salah? Memangnya tidak boleh seseorang punya ide, mimpi, dan hal sejenisnya? GA BOLEH APA? HA? JAWAB!!!
Ah sial. Sifat emosiku muncul lagi. Maafkan. Inti dari tulisan ini cuma satu, aku hanya ingin meredakan anxiety-ku. Hanya itu. Semoga dengan menulis, setidaknya kadar anxiety bisa berkurang sedikit demi sedikit. Siapa tahu, suatu saat nanti sifat ini akan hilang. Siapa tahu.
Well, senang berkenalan denganmu. Semoga harimu baik. Terima kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020

Pecel Lele | Puisi