we're in different stage.
beberapa hari belakangan ini, jujur saja, aku bingung harus menulis dari mana. Alasannya beragam, bisa karena tidak tahu mau menulis apa, bagaimana mengemasnya, hingga sengaja tidak menyempatkan diri untuk menulis. Iya, aku sengaja tidak menyempatkan waktu. Sampah memang. Haha.
Lalu, setelah hari ini banyak sekali waktu terbuang dengan berleha-leha. Ketakutanku di masa lalu muncul lagi. Anjing memang! Kenapa sih setiap hal buruk selalu muncul ketika ingin bersantai tanpa banyak pikiran? Kenapa?! Seperti rasanya Tuhan tidak mengijinkan diriku untuk bersantai sesaat. Bangsat! Ah tai.
Jujur, perasaan terlalu berlarut terhadapa rasa sedih itu menyembalkan sekali. Ayolah, sapa sih yang suka sedih dalam jangka waktu yang lama? I bet you think that too. No one wants to feel bad for the long time. No one. Akhirnya, aku putuskan untuk mencoba sebuah kebiasaan lama yang sudah lama sekali tidak ku lakukan. Iya, nongkrong sendirian.
Sebenarnya, aku takut sekali untuk keluar sendirian tanpa tujuan yang jelas. Ayolah, sapa sih yang doyan membuang waktu tanpa menghasilkan apapun? Semua orang kan ingin menghasilkan sesuatu, minimal duit kan ya? Nah, aku sendiri pun begitu. Apalagi nih ya, beberapa waktu belakangan ini banyak banget kasus buruk yang terjadi, terutama yang menimpa orang-orang yang pergi sendirian. Makin takutlah aku dibuatnya.
Akhirnya, aku beranikan diri kan ya. Keluar dan mencoba mencari tempat nyaman untuk menuntaskan pikiran. Hanya itu saja tujuan dasarnya. Kalau misalnya mendapatkan sesuatu lebih dari yang diharapkan, anggap saja itu adalah bonus. Seperti berkenalan atau dapat melihat sesuatu yang unik. Bonus kan? Hahahaha. Ku putuskan untuk pergi ke kafe lama, di mana semua cerita bermula, Coffee Toffee Klampis, Surabaya.
Kafe Coffee Toffee ini sebenarnya punya banyak sekali sejarah, apalagi dengan seseorang yang benar-benar mengubah diriku. Kalau ditanya merubah ke arah apa? Entah, aku tak bisa menjawabnya. Soalnya, manusia kan pada dasarnya ada sisi baik dan buruk, dan aku mempelajari banyak hal darinya, apalagi nih ya, durasi pernah bersama dulu itu ya cukup lama. Ya, tidak semuanya bisa dilupakan begitu saja, sebagian besar membekas dalam kepala.
Tempat ini sebenarnya masih sama, tak banyak yang berubah. Serius, kalau dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, atau lebih tepatnya sekitar tahun 2012 ketika pertama kali menginjakkan kaki di Coffee Toffee ini, tidak ada perubahan yang begitu berarti. Kalau ditanya, apa yang paling beda? Baristanya tentu. Tukang parkirnya. Tatanan kursi outdoor. Tak banyak kan? Oh iya, sama merchandise yang dijual. Sudah. Itu saja.
Ambience masih sama, tatanan parkir yang sesak juga sama, kamar mandi sama, tempat baristanya juga. Gila ya. Sudah 7 tahun berselang, rasa itu pun tetap sama. Kadang nih, suka merasa aneh karena ada beberapa tempat yang ditinggal, mereka jadi jauh begitu berubah, sedangkan di beberapa tempat lainnya, perasaan yang ada masih akan tetap sama. Aneh. Tapi selalu menarik. Sial. Aku menjadi terjebak nostalgia lagi.
Tulisan ini sempat terhenti sebentar, karena aku memutuskan untuk menelpon salah satu teman yang dahulu pernah membantuku di dunia perkuliahan. Tria namanya. Anaknya baik, mau menemani meskipun aku lebih sering banyak menyebalkan untuknya, tetapi dia masih mau berteman. Mantap. Terima kasih. Terima kasih banget loh.
Aku menelponnya karena melihat balasan twitku tadi sore. Saat itu juga, aku jadi berpikir, "anjing. Ini nih orang yang aku cari! Orang yang jarang sekali diajak ngobrol, sekalinya ngobrol bisa bodor berjam-jam." Dan ku telpon lah dia. Hasilnya? Anjing. Menyenangkan sekali. Bahagia rasanya. Banget. Serius.
Aku tidak pernah bisa menggambarkan dengan jelas terkait perasaanku setiap mengabari beberapa orang lama, menceritakan masalah yang sederhana. Meskipun, jujur saja, tidak pernah aku meminta sebuah solusi dari ceritaku. Hanya saja, setiap cerita yang terlontarkan, aku ingin mendapatkan yang namanya efek lega, and i got it honey. Terima kasih Tria. Terima kasih banget!!!
Beberapa percakapan dengannya memang tidak ada yang benar-benar spesial sebenarnya. Hanya saja, aku menyadari dan ditegaskan olehnya juga, bahwa semua orang itu punya 'ladang'nya masing-masing. Santai saja. Dinikmati saja. Jangan terlalu banyak mikir pokoknya jalanin saja. Dan, sepertinya aku akan mulai mencobanya. Mencoba melakukan semuanya dan tak berekspektasi apapun, karena kita memang berada di 'stage' yang berbeda. Yuk, dinikmatin.
Komentar
Posting Komentar