Damai itu Indah.


2 hari yang lalu, kalo ga salah. Ada berita tentang seorang PNS yang menghina Gus Mus dengan bilang "ndasmu!", banyak pihak yang menyanyangkan hal itu, seorang pegawai negeri, dengan mudahnya menghina seorang yang sudah merantau dan belajar agama jatuh-bangun. Sungguh terlalu.

Di lain waktu, gue punya beberapa teman yang kerja di kantor pemerintah, dan juga swasta yang dimana kerjaannya ngumpat tentang senior atau atasannya, padahal mereka kerja dan dapet rejeki dari situ. Entahlah, mereka mikir ga ya kalo ternyata mereka itu menjilat ludah mereka sendiri? Padahal kalo begitu bisa jadi gaji atau makanan yang mereka makan bisa jadi ga berkah. Astaghfirullah, apalah saya yang bicara soal agama.

Balik lagi ke kasus Gus Mus, kemaren, seseorang yang menghina Gus Mus di media sosial itu mendatangi kediaman Gus Mus dan meminta maaf atas perlakuannya, dan betapa kagetnya, ketika seseorang yang sudah dihina di media sosial itu tidak marah, bahkan meminta perusahaan tempat dia bekerja tidak memecat dia. Sungguh, akhlak yang diperlihatkan harus ditiru untuk orang - orang pada masa sekarang ini.

Dari tadi bahas agama mulu, tapi sebenernya ini cukup penting. Menurut gue, dalam beragama kita perlu panutan yang jelas, kalo dalam agama yang gue anut, panutan yang harus diikuti adalah Nabi Muhammad SAW, tetapi karna beliau sudah tidak ada, mau tidak mau mencari yang lebih memahami agama. Jadi, untuk menentukan panutan, menurut gue, yang paling pas adalah seseorang yang apabila memberi tahu sesuatu, tidak bikin panas hati, dan tidak provokasi. Karna sesungguhnya sifat Tuhan sendiri itu Maha segalanya, dan salah satunya adalah Maha Pengampun. Bukan yang memprovokasi atau menghasut, tapi berbagai kedamaian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Pecel Lele | Puisi

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020