Trump and The Elections.


Trump Memenangkan Pemilu Presiden di Amerika.

Itu headline berita pertamanya yang gue baca selepas pulang dari Singapura karena ada acara di jurusan, and yeah, it lil bit shocked for me, engga, gue ga menyayangkan, bagaimana bisa seorang Trump yang terkenal dengan anti-toleran, rasis dan segala tetek-bengek yang dia 'pamer'kan selama debat kemaren saja, masih bisa ngebuat si Trump ini menang. Padahal, kalo yang gue liat, mayoritas pengguna media sosial, pada ngedukung Hillary Clinton tuh, tapi kenapa kek gini bisa kejadian?

Kalo misalnya lu, pernah kepikiran bahwa keputusan sebuah negara atau pemimpin dalam hal apapun tidak mempengaruhi kehidupan lu, berarti lu 'sedikit' salah dalam memahami hal ini, jujur aja, impact dari sebuah 'keputusan', sekecil apapun itu, akan bisa berdampak gede banget, kek misalnya British Exit, lalu ada lagi kasus Ketua Tim Cook yang mengaku bahwa dia Gay, yang akhirnya berdampak pada turunnya harga saham Apple, bahkan keputusan Ahmad Dhani yang awalnya minta pertolongan ke Gus Dur karena dulu pernah dibully FPI soal logo dari Dewa 19, yang nyatanya sekarang adalah Ahmad Dhani mendukung sepenuhnya keputusan FPI, entahlah, gue ga mau mikir suudzon ini soal jabatan atau apa, but, gegara keputusan ini, banyak yang pake hestek #ShameOnYouAhmadDhani. *geleng-geleng*

Nah, karena ini adalah Amerika, yang dimana, as we know bahwa negara ini gueeeedeee banget. Ingat, gue ga bilang Amerika sekarang adalah negara adikuasa, yang dimana segala keputusan yang dibuat dapat mengguncangkan seluruh dunia, tapi keputusan pemilihan di Amerika, bisa dijadikan acuan, mau diapakan negeri kita, Indonesia tercinta ini. Mari kita bahas beberapa hal yang gue ngerti.

Pertama, Donald Trump adalah doa terburuk dari film seri The Simpson yang akhirnya jadi kenyataan, eventhough we know, itu cuma film seri, tapi kalo bercandaan kek gini jadi nyata, entahlah gue masih belum bisa merespon apa - apa, yang jelas, perkiraan orang dulu pada jago. Yah, meskipun it takes times lah ya, mungkin gue bisa ntar minta dibuatin komik, soal jodoh gue artis, sapa tau kejadian kan? Huehue.

Lalu, Donald Trump, terkenal banget dengan anti-toleransi banyak kasus dan juga sebagai calon presiden paling 'ngehe' yang pernah ada di Amerika. Bisa aja begitu, pas debat kemaren, doi dengan bangganya bilang tentang sexual harrasment, rasis, pamer kalo pernah tidur dengan banyak perempuan (kalo ini jujur gue iri, gue ada yang mau 1 aja udah sujud syukur...) dan masih banyak banget case lainnya, ditambah lagi, kalo misalnya lu pada ngikutin debat capres, yang dimana selalu dimenangkan oleh Hillary Clinton, dengan sejuta jurusnya, seperti soal kasus penggelapan pajak dan lain - lain, masih aja bisa menang si Trump ini, hebat. Mungkin capres/cagub/cabup di Indonesia harus belajar dari timses Trump. Huehue.

Gue ga mau nyamain soal debat capres di Amerika dan Indonesia itu sama, ya, soalnya Jokowi better lah daripada Trump kalo dibandingin kemana - mana. Tapi, terlepas dari itu semua, mereka memiliki pola yang sama, yang dibully selalu menang. Ini seperti playing victim, sang penyerang selalu kalah dengan sang bertahan, apalagi dengan tudingan - tudingan yang ada, sang bertahan selalu bisa menahan, bahkan unggul dari sang penyerang, kalo gue bilangnya ini karena promosi gratis. Yaiyalah, sang penyerang yang selalu nyerang, secara ga langsung mengucapkan nama yang sama, yang dimana bisa menjadi ajang promosi gratis buat sang bertahan, dan sang bertahan akhirnya merasa karna terdiskriminasi, mereka menjadi yakin akan pilihannya.

Gue ga tau harus berkomentar gimana, tapi ada quote yang bilang "orang 'bodoh' dalam jumlah besar lebih berbahaya daripada orang 'pintar' dalam jumlah sedikit." Gue ga bilang pendukung Trump ini bodoh, mungkin ini guenya aja, yang masih belum bisa ngeliat sisi positif dari Trump, yang pasti, gue doakan yang terbaik buat perkembangan ekonomi dunia, dan jangan ada World War 3. Peace, love and kewl.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Pecel Lele | Puisi

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020