Do We Get What We Want?
Aku menulis postingan kali ini ditemani dengan lagu di playlist lama YouTube. Iya, lama banget bahkan. Aku sendiri bahkan lupa pernah menaruhnya di playlist. Iya, emang dasarnya pelupa aja aku. Huhuhu. Kalau mau ikutan dengar juga, bisa banget denger lagunya Ben Howard yang Promise. Aku ga bisa jamin kamu suka atau tidak, tetapi aku rasa kamu perlu mencoba mendengarkan sesuatu yang baru.
Aku sempat bertanya pada diri sendiri sebenarnya beberapa waktu belakangan ini, 'boleh tidak kita menjadi egois kepada diri sendiri?' Pertanyaan sederhana, yang dimana aku masih belum bisa menjawabnya dengan yakin. Ketika aku mencoba memutuskan untuk menjawab tidak boleh, terkesan seperti tidak sayang akan diri sendiri. Lebih senang menyakiti daripada membahagiakannya. Haha, i know it sounds cheesy, but that's the truth.
Ketika menjawab boleh, aku merasa menjadi serba salah. Positifnya, hal ini membuat kita menjadi lebih perhatian kepada diri sendiri, menjadi sayang akan apapun yang kita lakukan, tetapi bisa terkesan buruk karena ya begitu, lebih mengutamakan diri sendiri. Di samping itu, bisa juga dijadikan alasan untuk tidak berbuat sesuatu yang dirasa tidak menyenangkan. Ah sial. Aku terjebak dalam pilihan menyebalkan.
Aku selalu merasa, egois pada diri sendiri selalu berkaitan erat dengan apa yang aku ingingkan. Iya, selalu. Aku mengalami dilema, tentang mana yang harus aku pilih. Apakah aku mengikuti yang aku mau, atau aku tidak menjadi egois kepada diri sendiri? Ada beberapa orang bilang, bahwa sebenarnya itu bisa berjalan beriringan. Ada. Aku tahu itu kok, sungguh, tetapi itu akan memakan banyak waktu, dan.... sakit hati.
Begitu banyak sakit hati yang terasa, ketika aku tidak menjadi egois pada diri sendiri. Seperti melakukan sesuatu yang tidak aku banget, Menipu diri dengan mengikuti hal yang tidak aku banget. Membuatku merasa... tidak menjadi diri sendiri. Aku tahu, perjalananku masih panjang. Aku tahu. Tetapi, karena perjalanan panjang itu pula, perlukah aku melakukan sesuatu yang tidak aku banget? Perlukah aku menyakiti hati, memberatkan pikiran, mengerjakan sesuatu yang tidak seharusnya, demi mendapatkan hati mereka, tetapi tidak menjadi diri sendiri?
Sedangkan, ketika aku melakukan yang aku inginkan. Jalan yang benar-benar aku niati. Sesuatu yang aku tekuni. Kenapa yang selalu aku dapatkan adalah cemooh dan hujatan? Kenapa? Are they never be happy when i'm happy? Shit. Entahlah. Sial. Let me play my role in this world then. Enjoy your day, hope that you get what you worth it then. Big love and kiss from me.
Komentar
Posting Komentar