Day - 7. Bahasa Manusia #31DaysChallengeYourself


Gue sebenarnya bukan tipe orang yang berekspektasi banyak. Goal ada, tapi nyaris tanpa ekspektasi. Bagaimana ya jelasin yang enak? Jadi gini, kalau misalnya kalian pergi ke rumah pacar, buat ketemu calon mertua. Biasanya, tiap orang selalu berekspektasi sesuatu, seperti diterima keluarganya, mempersiapkan bahan obrolan, bagaimana cara ngomong yang benar ma orang tua, dan sejenisnya. Nah ini namanya ekspektasi. Kalau gue, ga bakalan gue mikir gituan, karena banyak hal yang mengecewakan sehingga gue memutuskan untuk ga berekspektasi. Ayolah, berekspektasi terhadap manusia. Berarti lu harus siap untuk dikecewakan. Bener kan?

Gue sendiri memilih projek AIESEC ke Sri Lanka ini sebenarnya sedikit ekspektasi. Ga ngeharapin terlalu banyak, masih dalam batas wajar, ya mungkin seperti suasana baru, terus pengalaman menggunakan bahasa Inggris full tiap hari, hingga dengar bahasa asing lainnya. Kalau misalnya gue ini berekspektasi cukup besar, sudah kecewa pasti. Karena mostly, roomate gue adalah orang China. Uh. Oke, gini, gue bukannya benci atau bagaimana begitu sama China, wong temanku kebanyakan orang China juga, dari sisi orang ga masalah, cuma mungkin bahasanya, masa ya ketemu bahasa China lagi? Eh tapi, kalau dipikir - pikir sih wajar, karena China kan negara terbesar, dengan jumlah penduduk yang membludak. Jadi gue berusaha memaklumi.

Setelah menelusuri beberapa tempat, meskipun banyakan di kamar dan cuma keluar buat cari makan dan ngelakuin projek. Gue baru ngerti, kalau ternyata tiap manusia, punya 1 bahasa yang sama. Bahasa cinta. Eh bagaimana ya? Kok kesannya klise begitu ya? Oke gue jelasin dulu.

Waktu hari pertama menginjakkan kaki disini, gue disusul sama orang lokal sini, anak AIESEC juga, gue datang jam 10 malam, ngurus berbagai macam hal, baru keluar bandara jam 11, selama perjalanan menuju homestay, atau disini disebutinnya EP house, tempat buat kek gue tinggal. Yang nyusul gue di bandara ini, telponan sama pacarnya selama perjalanan. Kenapa gue bisa tahu, padahal mereka ngomong pakai bahasa lokal? Gampang, dari gelagatnya, ketika seorang cowo telponan sama pacarnya, atau gebetan, dan sejenisnya. Seorang cowo pasti akan sifat manja-manja-tai gitu. Ga percaya? Coba saja tanya teman lu deh, ga bakal bohong gue soal ginian.

Cinta itu menyenangkan, dan ternyata di semua negara ngerasaiin hal ini juga. Bukankah lebih mudah untuk bercinta daripada saling membenci? Ah, apalah aku ini? Kadang gue beri saran, orang pun tak mau mendengar~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Pecel Lele | Puisi

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020