Janji dan Keluh Kesah | Puisi


Musik mengalun
Mungkin tidak seindah senyummu.
Bagaimana ada yang bisa menggantikannya?
Tidak mungkin.
Kalau pun ada,
Itu berarti kamu tidak di sampingku lagi.
Tetapi, kenapa begitu?
Kenapa hal itu bisa terjadi?
Aku pun masih berjalan sendiri.
Iya, berjalan sendiri.
Sesuai janjiku padamu dulu, bukan?
Aku bukan orang yang melanggar janji kok.
Meskipun, janji tersebut tidak menguntungkanku sama sekali.
Lelaki itu, yang dipegang omongannya.
Bukan berkelit ketika salah,
Tetapi, berani jujur dan mencari jalan keluar.
Mungkin, kamu bertanya.
Janji kita, termasuk menguntungkan atau tidak?
Entah, aku sendiri masih belum menemukan jawaban yang tepat.
Bahkan, setelah waktu berjalan cukup lama dan lambat pun.
Jawaban itu masih belum hadir.
Kalau kamu, mungkin akan menghardik situasi ini.
Aku pun begitu.
Jujur saja, setiap perasaan yang membunuh perlahan itu tidak menyenangkan.
Mana ada orang yang bisa menikmati hal ini?
Kalau ada, kenalkan aku padanya.
Aku ingin banyak belajar tentang ini padanya.
Kalau masih belum bisa menemukannya, tidak apa.
Biar aku sendiri yang mencarinya.
Lagi pula, ketika kamu tidak ada pilihan selain menunggu.
Apa yang dapat kamu keluhkan?
Ayolah,
Hidup itu bukan sebatas tentang keluh kesah, kan?
Masih banyak pilihan untuk menyelesaikannya.
Seperti, mendengarkan musik yang mengalun.
Seperti aku, yang menunggumu saat ini.
Menunggu untuk berjalan bersama lagi.
Di sini.
Sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Pecel Lele | Puisi

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020