Pilihan

Pada dasarnya, hidup itu perlu yang namanya kejelasan. Jelas terhadap apa pun, hingga dalam hal yang sepele. Seperti menentukan hari ini mau makan apa, pakaian apa yang ingin digunakan, ingin bercerita kepada siapa hari ini, hingga ke pilihan hidup yang lebih berat. Seperti, mau jadi apa kelak?

Lalu, ada beberapa teman bilang, kalau saja kita punya pilihan hidup, pasti menyenangkan ya. Aku hanya tertawa mendengarkan hal itu. Tidak ada yang salah dengan pernyataan itu, tidak ada. Bahkan aku bisa bilang setuju dengannya, meskipun tidak 100% setuju. Pilihan hidup itu membuat kita punya kesempatan. Kesempatan untuk memilih dan meminimalkan kekecewaan yang akan terjadi kelak. Betul kan?

Tetapi, adanya pilihan bukan berarti hal yang baik juga. Menurut penelitian yang pernah kubaca, semakin banyak pilihan, orang semakin susah untuk berbahagia. Kenapa bisa begitu? Kan, mereka bisa bebas memilih terhadap hidup mereka, hingga kalau perlu, mereka adalah Tuhan bagi diri mereka sendiri. Jawabannya sebenarnya cukup sederhana, pusing. Iya, semakin banyak pilihan yang dipunya seseorang, mereka akan menjadi pusing, dan berakhir dengan kebingungan untuk memilih. Lalu berakhir dengan tingkat pusing yang meningkat. Tidak enak bukan?

Terus, bagaimana enaknya? Menurutku, semakin sedikit pilihan, semakin menyenangkan. Setidaknya hanya perlu minimal 2 pilihan saja. Antara iya, dan tidak. Iya mau melakukan, atau tidak sama sekali. Iya ini berusaha, atau tidak harus repot - repot. Semacam itu. Mungkin terdengar membosankan, sangat membosankan. Karena terlihat seperti tidak punya pilihan sama sekali. Tetapi, dengan begini bukannya kita bisa meminimalkan kekecewaan dan memaksimalkan hasil bukan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Pecel Lele | Puisi

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020