Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Justin Timberlake. Awesome and Adorable.

Wow. Itu kata yang pertama ketika mendengar namanya Justin Timberlake. Tidak, aku tidak sampai tergila - gila seperti orang lain kalau sudah nge- fans sama salah satu artis. Aku hanya suka, begitu saja. Bahkan mungkin aku termasuk orang yang cuek, meskipun suka pada satu hal. Aku hanya tahu lagunya saja, tidak yang lainnya. Tidak penting, buat apa? Setelah mendengarkan beberapa lagu dari artis lainnya, mungkin hanya si JT ini yang bisa membiusku. Tidak berlebihan, bahkan cenderung elegan. Mukanya kalem, dan gayanya tidak berlebih. Benar - benar menunjukkan kelas yang berbeda dari artis yang lainnya. Mungkin kamu harus coba lihat video clip yang lainnya biar kamu tahu maksudku. Intinya, dia keren banget. Pertama kali tahu JT ini dari lagu pertamanya, Mirror. Awalnya risih, karena ya lama banget, 8 menit. Pakai aku tidak terlalu mengerti bahasa inggris waktu itu, berasa paling bego kalau dengar lagunya. Akhirnya, setelah butuh waktu sekitar beberapa bulan dan belajar bahasa inggris...

Can we travelling again?

Can we travelling again? Pertanyaannya selalu terlintas di kepalaku. Itu pertanyaan terakhir, yang ditanyakan dengan senyum dan nada meminta dengan sangat. Aku mendengarnya pun tidak sampai hati, ingin sekali lagi kuajak dia berjalan - jalan dan melihat dunia, tetapi itu sudah tidak bisa lagi. Kenapa? Ya, karena kita sudah memutuskan untuk berjalan sendiri - sendiri. Kita. Atau mungkin hanya aku saja yang memutuskan begitu. Ada pepatah yang bilang, kalau ingin bisa melihat banyak tempat, pergilah sendirian. Kalau ingin menimbulkan kenangan dan cinta, pergilah dengan pasangan. Sedangkan, kalau ingin berbagi keluh kesah dan lepas dari sakit hati, pergilah dengan sahabat. Aku baru menyadari hal ini, setelah berjalan cukup jauh dari rumah. Cukup jauh. Pernah aku pergi dengan teman, mengelilingi beberapa tempat di Jawa, seperti Bandung, Jakarta, Malang dan beberapa kota lainnya. Aku mendapatkan banyak hal, seperti tahu bagaimana cara bersenang - senang, lebih bebas dalam bercerit...

Suicide Is Not Crime

  Suicide is not crime .   Oke, judulnya saja sudah cukup bikin mikir. Bagaimana bisa? Bunuh diri itu dosa kali, Cal. Kok bisa kamu bilang itu bukan kejahatan? Tuhan sendiri menolak adanya itu, tetapi kamu malah bilang begitu. Kamu mau ngelawan kehendak Tuhan?   Tunggu, sabar jangan terburu - buru. Silakan disimpan terlebih dahulu opini kalian, tidak ada yang salah dengan opini kalian, tetapi dengarkanlah pendapat dari orang yang pernah nyaris memilih untuk mati saja daripada hidup dalam kehampaan. Itu aku. Aku pernah seperti itu, dan terkadang seperti itu. Jadi, dengarkan aku, ok?   Dulu, ketika jaman masih SMP kalau tidak salah. Pernah terpikir untuk bunuh diri saja. Banyak faktor yang mempengaruhi, seperti bullying . Hal ini pun juga terjadi di jaman SMA, sebenarnya masalah sekolahku tidak terlalu baik untuk diceritakan, tetapi selalu menarik kalau ditarik lagi ceritanya dan dijadikan salah satu pelajaran hidup. Akhirnya kuputuskan u...

IPK 1.7

Gambar
Aku ada cerita, tentang masa kuliah tentunya. Jujur, masa kuliahku tidak semulus ketika di SMA. Ya, semua yang ada di SMA ternyata tidak terimplementasikan sebaik mungkin di kuliah. Kukira, di kuliah nanti bakalan dapat nilai bagus, ternyata tidak begitu. Kukira, di kuliah bakalan dapat banyak teman asyik, ternyata tidak begitu. Kukira, banyak yang kukira di awal bakalan kejadian, ternyata tidak begitu. Jatuh? Jelas. Ingin aku meracau saat itu. Ketika semua masalah datang silih berganti, menghancurkan mimpi dan harapan yang pernah dibangun, tetapi mengeluh bukanlah kunci dari semua masalah kan? Mengeluh itu, sama saja seperti kamu mengeluarkan tenaga 2 kali lipat lebih besar daripada kamu melakukannya langsung. Lalu, ketika aku membuka Youtube beberapa belakangan ini, ada 1 video yang menggugah. Silakan dilihat, dan mungkin kamu akan mengerti apa yang kurasakan. Kalau tidak, mungkin kalian harus mencoba IPK 1.7 biar paham. Bagaimana?

Konten Sampah

Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten sampah. Konten ...

Puisi: Angkatan Tiran

Kemarin, hari terakhir ospek jurusan. Tiba - tiba terpikir untuk menulis puisi. Kalau bisa yang sedikit kasar inginnya, kalau ditanya alasannya kenapa? Aku juga tidak tahu. Hanya terlintas begitu saja di dalam kepala. Maka, jadilah puisi yang hanya dibuat dalam waktu kurang lebih 2 jam. Sampah memang, tetapi silakan dibaca. Selamat datang, adik – adik angkatan. Bagaimana kabarmu? Capek, lelah, atau kesal? Itu kalimat yang ingin pertama kali kuucapkan, awalnya. Ketika aku belum tahu, siapa diri kalian?   Kalau boleh, aku ingin menyebut kalian, angkatan tirani.   Entah, ku rasa itu cocok dengan kalian. Ingin dimengerti, bertindak semaunya, merasa diri kalian paling benar. Itu yang ku tangkap dari kalian. Terlihat jelas, wajah – wajah yang merasa dirinya paling benar.   Mungkin, kalian merasa kami senioritas. Minta disanjung, diagung – agungkan bak selebriti papan atas. Mungkin, kalian pikir kami ini maha benar. Seperti ibu ...

Can We Choose Our Happiness?

Bisakah kita memilih kebahagiaan kita sendiri? Pertanyaan ini selalu terlintas setiap pagi, ketika terbangun dari tidur semalam. Bikin tidur tidak nyenyak memang, tetapi beginilah adalah. Selalu memikirkan hal ini setiap harinya, dan berharap bisa menemukan jawaban secepatnya. Hidup itu tentang apa sebenarnya? Mencari kebahagiaan? Mencari hal - hal material? Atau apa? Silakan kalian pikirkan pertanyaan ini dalam - dalam. Mungkin kalian sudah ada jawabannya, langsung saja komentar di bawah. Mungkin kita bisa berdiskusi. Kemarin, aku mendapat pertanyaan unik, yang masih ada hubungannya dengan hal ini. Pertanyaannya cukup sederhana, "Sebenarnya tujuan Tuhan menciptakan manusia apa?" Sederhana sekali bukan? Tetapi apa kalian bisa menjawabnya? Hahaha, jangan sok tahu dulu. Mungkin kalian ada jawaban sendiri, tetapi jawaban kalian belum tentu benar, wong yang kita tahu, Tuhan sendiri masih merahasiakan alasannya dari setan kok. Kenapa kita jadi sok maha tahu begitu? Hahaha. ...

Kacamata Patah

Semua orang selalu punya benda yang dia suka. Bermacam - macam bentuknya, dari yang remeh - temeh macam prangko, pulpen, pensil, hingga yang lebih ke serius seperti mobil, motor, kartu pos dan semacamnya. Aku sendiri punya 1 hal yang benar - benar kusuka. Kacamata. Aku sangat suka dengan kacamata. Tanpa kacamata, mungkin aku hanya sesosok lelaki muda hampa tanpa bisa melihat secara bersih, karena pandanganku selalu terhalang dengan yang namanya rabun jauh. Benci memang ketergantungan akan sesuatu, tetapi seiring berjalannya waktu. Aku mencintainya. Seperti benda - benda pada umumnya, semua yang diciptakan manusia pasti rusak, dan kacamataku akhirnya menemui ajalnya. Sedih? Memang. Bahkan tulisan di blog ini tidak akan bisa sepenuhnya merepresentasikan apa yang kurasakan. Ingin mengutuk dunia, tetapi ini hanya sebuah kacamata. Hidup ini terlalu indah, daripada harus mempermasalahkan hal yang biasa bukan? Tetapi, biarkan aku bercerita sedikit pengalamanku tentang pertama kalinya ...

Rindu 'Rumah'

Punya 'rumah' sepertinya menyenangkan. Pikirku tiba - tiba terlintas begitu saja di dalam kepala yang penuh dengan ide - ide tidak jelas. Setelah kemarin, kehilangan 'seseorang' yang kuanggap 'rumah' memutuskan untuk sama - sama pergi, punya 'rumah' baru terasa seperti sebuah kebutuhan yang harus segera ditepati. Baiklah, kalian boleh menuduhku tidak setia atau tidak punya hati, tetapi, ketika terbiasa untuk melakukan apa pun bersama 'seseorang', kita pasti merasa ada yang hampa ketika orang tersebut memilih untuk pergi, bukan? Aku tidak akan menjelekkan, atau pun mengutuk orang tersebut. Buat apa? Tidak ada yang perlu disesali, meskipun masih ada sedikit sisa - sisa di dalam hati yang masih berusaha kuobati. Biarkan hal itu kuselesaikan sendiri, sebagaimana mantan - mantanku yang lain pun begitu adanya. Aku cinta menyakiti diriku sendiri, menghujani diriku sendiri dengan ribuan kata tidak bermanfaat, baik dari cacian hingga hinaan, siap kuter...