Can We Choose Our Happiness?


Bisakah kita memilih kebahagiaan kita sendiri? Pertanyaan ini selalu terlintas setiap pagi, ketika terbangun dari tidur semalam. Bikin tidur tidak nyenyak memang, tetapi beginilah adalah. Selalu memikirkan hal ini setiap harinya, dan berharap bisa menemukan jawaban secepatnya.

Hidup itu tentang apa sebenarnya? Mencari kebahagiaan? Mencari hal - hal material? Atau apa? Silakan kalian pikirkan pertanyaan ini dalam - dalam. Mungkin kalian sudah ada jawabannya, langsung saja komentar di bawah. Mungkin kita bisa berdiskusi.

Kemarin, aku mendapat pertanyaan unik, yang masih ada hubungannya dengan hal ini. Pertanyaannya cukup sederhana, "Sebenarnya tujuan Tuhan menciptakan manusia apa?" Sederhana sekali bukan? Tetapi apa kalian bisa menjawabnya? Hahaha, jangan sok tahu dulu. Mungkin kalian ada jawaban sendiri, tetapi jawaban kalian belum tentu benar, wong yang kita tahu, Tuhan sendiri masih merahasiakan alasannya dari setan kok. Kenapa kita jadi sok maha tahu begitu? Hahaha.

Aku sih tidak mau menggurui, karena pada dasarnya aku bukan siapa - siapa. Hanya seorang manusia yang cukup senang mengamati perilaku setiap individu. Senang saja, sampai - sampai lupa bahwa bahagia untuk diri sendiri itu diciptakan, bukan dengan hanya melihat saja. Kalau terlalu sering melihat, itu berarti terlalu bergantung kepada orang lain. Padahal, seburuk - buruknya berharap adalah berharap kepada manusia, bukan?

Menurut akal idiotku yang terlintas begitu saja, alasan adanya manusia adalah untuk bahagia. Bahagia saja. Entah dalam bentuk apa, tiap orang punya standar kebahagiaannya sendiri, kan? Ambil saja, ada orang yang bahagia ketika dia punya banyak uang. Ada juga yang bahagia dengan melihat senyum orang lain. Ada juga yang bahagia dengan hal - hal kecil lainnya.

Tetapi, hal ini didapatkan bukan cara yang mudah kan? Selalu ada saja halangannya, entah itu mudah ataupun susah. Halangan itu bisa dari diri sendiri, keluarga, teman dekat, bahkan dalam lingkup yang lebih besar, semesta tidak menyetujui kebahagiaan kita. Pertanyaanku sebenarnya cukup sederhana, apakah kita bisa memilih kebahagiaan kita sendiri?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020

Pecel Lele | Puisi