Puisi: Angkatan Tiran
Kemarin, hari terakhir ospek jurusan. Tiba - tiba terpikir untuk menulis puisi. Kalau bisa yang sedikit kasar inginnya, kalau ditanya alasannya kenapa? Aku juga tidak tahu. Hanya terlintas begitu saja di dalam kepala. Maka, jadilah puisi yang hanya dibuat dalam waktu kurang lebih 2 jam. Sampah memang, tetapi silakan dibaca.
Selamat datang, adik – adik angkatan.
Bagaimana kabarmu? Capek, lelah, atau kesal?
Itu kalimat yang ingin pertama kali kuucapkan, awalnya.
Ketika aku belum tahu, siapa diri kalian?
Kalau boleh, aku ingin menyebut kalian, angkatan tirani.
Entah, ku rasa itu cocok dengan kalian.
Ingin dimengerti, bertindak semaunya, merasa diri kalian
paling benar.
Itu yang ku tangkap dari kalian.
Terlihat jelas, wajah – wajah yang merasa dirinya paling
benar.
Mungkin, kalian merasa kami senioritas.
Minta disanjung, diagung – agungkan bak selebriti papan
atas.
Mungkin, kalian pikir kami ini maha benar.
Seperti ibu – ibu yang sedang naik motor matik, ratingnya ke
kanan beloknya ke kiri. Maha benar.
Aku hanya bisa tertawa, kalau memang kalian berpikir begitu.
Berpikir kalau kita hanya ada maunya.
Tidak masalah, berarti cara pikir kalian adanya begitu.
Terlalu banyak alasan, mencari pembenaran di setiap
tindakannya.
Aku tidak ada masalah dengan cara pikir kalian.
Yang berpikir, kalau kampus hanya untuk kuliah saja.
Aku juga tidak ada masalah dengan cara pikir kalian.
Yang berpikir, kalau kampus adalah ajang untuk melawan
sistem yang tidak sesuai dengan keinginan.
Pernah kah kalian mendengar pepatah,
Di mana kalian berpijak, maka di situ langit dijunjung?
Di mana kalian “tinggal”, di situ peraturan diikuti.
Apa baru kali ini kalian mendengarnya?
Aku berharap, kalian bukan generasi micin.
Apa lagi, generasi kids jaman now.
Bertindak semaunya, merasa diri kalian paling benar.
Tetapi, tidak mencari tahu kebenarannya.
Kalau memang begitu, lalu apa bedanya?
Apa bedanya, dengan pemotor yang sudah tahu seharusnya
berhenti di belakang garis, tetapi tetap melakukannya?
Apa bedanya, dengan politisi yang mengaku bersih, tetapi dia
mengkorupsi dana sana sini?
Apa bedanya?
Bolehkah aku meminta satu hal pada kalian?
Jangan pernah membanggakan almamater kami.
Di depan kedua orang tua kalian, kalau masih banyak mengeluh
tentang keadaan.
Jangan pernah menyebutkan almamater kami.
Di depan keluarga besar, ketika kalian masih merasa diri kalian
maha benar.
Jangan pernah kalian merasa bagian dari almamater kami.
Kalau kalian sendiri, belum mengetahui makna dari 3K1T.
Puisi karya, Faisal Dika Maulana.
2017
Mahasiswa kunang – kunang.
Kuliah – nangis, kuliah – nangis.
Komentar
Posting Komentar