Jakarta Ku.
Jakarta.
Kalau ada yang bilang, kota mana yang paling ingin aku tinggali sebelum memasuki masa tua, Jakarta adalah salah satunya. Mungkin tidak hanya aku sih, kamu juga mungkin ingin merasakan tinggal di sini, tetapi sebelum itu, mungkin kamu sebaiknya memikirkan beberapa hal.
Tinggal di Jakarta selama 5 hari lebih, membuatku berpikir banyak hal. Mulai dari yang sepele seperti persiapan pindahan, barang yang harus dibawa, adaptasi lingkungan baru, hingga paling ribet adalah rindu akan rumah.
Pindah itu bukan sesuatu yang mudah, meskipun diucapkan terasa sepele sekali, tetapi ketika dijalani? Ya, perlu penyesuaian. Kalau misalnya kamu adalah seorang ekstrovert, mungkin akan sangat mudah untuk berpindah dari satu tempat ke yang lainnya. Bagaimana sebaliknya?
Lalu, selama pindah pun, akan muncul masalah baru. Mulai dari peraturan yang berlaku, teman, tetangga, bahkan suasana. Seberapapun kamu berusaha untuk menutupi hal itu, pasti akan terasa juga, apalagi rasa akan rindu rumah. Iya, rindu akan suasana di rumah, hiruk pikuk keluarga ketika membahas sesuatu, nasehat dari orang tua, semua hal sampai sekecil apa pun akan bikin rindu. Lalu, bagaimana cara melepas rindu? Ya, hanya bisa lewat sebatas telpon, atau kalau sedikit niat, pakai video call. Tetapi, tentunya akan beda. Rasa ketika ditelpon, dengan bertemu langsung benar - benar berbeda rasanya.
Selama di sini pun, aku baru sadar 1 hal. Ini penting sih menurutku, yaitu pacar. Iya, aku tahu aku belum punya pacar secara official sih, tetapi gebetan bukannya tidak ada ya. Ada dong, aku ga separah itu kok. Nah, ketika aku berada di sini, semua menjadi seperti absurd, berantakan, menyebalkan, dan tidak tahan. Kenapa? Aku kira, LDR adalah sesuatu yang menyenangkan, meskipun sakit, tetapi orang akan tetap menikmatinya bukan? Tetapi itu tidak berlaku denganku, ketika sedikit ada masalah, semua habis begitu saja. Entah, aku sendiri tidak tahu kenapa, dan itu baru saja terjadi. Mungkin, kamu akan bilang, "kenapa tidak berusaha lebih? Kenapa tidak menyusulnya ke rumahnya?" Ya, itu tidak salah sih, memang seharusnya sesuatu itu diperjuangkan. Tetapi kalau misalnya, si pasangan ada di Surabaya, bagaimana caranya? Langsung ambil flight? Tidak bisa semudah itu, banyak faktor yang mempengaruhi, waktu, biaya, tenaga. Semua dikorbankan saat itu juga, padahal setiap orang ada kesibukannya masing - masing. Ah entahlah, mungkin aku masih belum cocok untuk hal seperti ini.
Aku begitu cinta Jakarta, dan benci disaat yang bersamaan. Ada beberapa hal yang membuatku cinta, dan juga hal yang membuatku membencinya juga. Sejenis makanan, ada manis dan asin di dalamnya. Aku akan kembali lagi, nanti. Entah itu kapan.
Komentar
Posting Komentar