Semua Orang Ingin Dihargai


Yah, namanya juga semua orang ingin dihargai.

Selama beberapa hari belakangan ini, lebih tepatnya mungkin 1 minggu lebih. Aku mencoba untuk menulis lagi, secara konsisten. Meskipun tidak setiap hari, tetapi 2 hari sekali cukup untuk mengisi ide - ide, dan menuangkannya dalam tulisan.

Jujur, awalnya aku cukup takut untuk memulai menulis lagi. Takut untuk tidak konsisten. Takut untuk gagal. Takut untuk membohongi hati. Takut, takut, dan takut. Itu yang selalu ada dalam pikiran, sebelum memulai lagi.

Semua itu, sebenarnya beralasan. Seperti, kuliah yang aku jalani tidak seindah di FTV, yang di mana kerjaannya kampus - main - nilai UAS bagus. Ada yang seperti itu memang, tetapi aku belum sampai di situ. Bahkan, kalau dibandingkan teman - teman, aku bisa dibilang lulus telat. Iya, tidak tepat waktu seperti yang direncanakan di awal. Kecewa? Jelas, tetapi memang itu semua salahku. Mau meracau sampai mampus pun tidak mengubah keadaan.

Kedua, masa transisi. Jujur, tahun 2017 ini benar - benar berantakan, dan (mungkin) akan ditutup dengan indah. Pada awal tahun, aku melunasi hutangku dengan AIESEC, salah satu organisasi kemanusiaan berskala Internasional, untuk pergi ke Sri Lanka, ditambah pertengahan diisi dengan masa KKN selama sebulan di Probolinggo. Sebenarnya ada perjalanan yang lain, akan aku jelaskan di lain kesempatan, ya?

Terakhir, aku sempat ragu. Iya, ragu untuk melakukan ini. Pernah terlintas dalam benak, "apakah hal ini akan bisa menghidupiku?" "apakah ini yang aku mau?" "apakah aku yakin?", dan berbagai pertanyaan "apakah" yang tidak terhitung jumlahnya. Aku akui, itu adalah pemikiran terbodoh yang ada dan kulakukan. Hal ini pula, yang akhirnya jadi hambatan terbesar untuk memulai menulis lagi. Maafkan, atas kebodohanku.

Kamu pernah dengar istilah, "terkadang, ekspektasi kita tidak sesuai dengan kenyataan."? Kalau misalnya belum, mungkin film 500 Days Of Summer merupakan film yang cocok kamu tonton, itu cukup menjelaskan maksud dari istilah tersebut.

Memulai sesuatu yang telah lama hilang memang menyusahkan, perlu usaha 3x lebih besar daripada biasanya, karena harus melawan diri sendiri, rasa malu, dan malas. Apalagi di tambah dengan faktor lingkungan, yang terkadang lebih sering menghujat daripada memberi semangat.

Bisa bayangkan, bagaimana rasanya? Well, tidak usah dibayangkan. Seperti yang aku bilang tadi, ekspektasi tidak akan pernah sesuai dengan kenyataan. Semua yang terlintas di awal, ternyata tidak separah yang kukira. Semua berjalan mengalir, apa adanya.

Bahkan, jujur saja ya, awalnya aku sendiri tidak berekspektasi apa - apa terhadap projek ini, mengalir begitu saja. Zero expectations. Dan benar, seperti yang pernah aku pikirkan dulu, semakin tidak ada ekspektasi, semakin mudah kita bahagia.

Terima kasih, teman. Sudah mau mengapresiasi tulisan ini, kalau kamu ada saran mungkin bisa kasih masukan, aku sebaiknya menulis apa atau bagaimana. Aku senang berbagi denganmu. (:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020

Pecel Lele | Puisi