Puasa Hari 20


Puasa ternyata cepat banget berlalu. Iya, cepat banget. Tahu-tahu sudah memasuki hari ke 20. Tak terasa kan? Aku saja baru sadar, karena semalam pak kiai bilangnya begitu. Aku yang lagi fokus main gadget langsung kaget. Terus bilang dalam hati, "eh? Serius sudah 20 hari?" Ini membuatku berpikiran beberapa hal. Iya beberapa hal.

Pertama, selama 20 hari puasa sih seperti belum ada yang batal menurutku. Iya, menurutku. Tapi, sempat sih beberapa hari itu kelupaan. Lupa buat sahur, terus karena mengingat masih gelap, aku kira juga belum ada azan, berarti sah saja kan kalau misalnya kita minum? Nah, aku dengan polosnya minum. Terus, tiba-tiba aku teringat bahwa biasanya kalau aku bangun pagi karena alarm itu paling cepat jam 5, langsung saja aku cek gadgetku, dan benar saja. Hehehe. Anggaplah 1 hari itu bonus. Berkah memang.

Terus, aku juga sempat salah ini. Jadi, kan biasanya setiap sore itu ada pengajian di masjid, terus terdengarkan nada-nada indah terkait Al-Quran. Nah, biasanya kalau sudah selesai ngajinya, pasti lanjut azan kan ya? Ya sudah, dengan semangatnya aku minum. Iya, dengan semangat! Terus pas minum aku kepikiran, kok ga azan ya? Sudah 5 menit padahal.. Oke, anggap itu rezeki lagi. Kan human error itu lumrah atuh :))))

Tapi, dari hal itu semua, aku menyadari satu hal, bahwa puasa ini tidak ada hal baik yang datang kalau misalnya aku selalu berpikiran jelek. Iya, ini serius. Coba, kalau misalnya pada waktu itu aku sudah negative thinking. Ada kali puasaku bolong 2. Itu yang sadar, bagaimana yang tidak sadar? Ya, jadi makin banyak kan ya;( padahal nyaur puasa itu malas kali:(:(

Lalu, berpikiran hal jelek karena adanya UAS selama bulan puasa pun tidak ada manfaatnya sama sekali. Iya, tidak ada manfaatnya. Sudah stres selama UAS, ditambah dengan mikir hal-hal jelek. Apa yang didapat? Ya ga ada lah kampret:( nikmatin saja makanya puasa itu. Nanti soal dapat pahala atau tidak, urusan dengan Tuhan. Intinya, kita harus selalu melakukan hal baik. Iya, kita harus selalu melakukan hal baik.

Selamat berpuasa ya teman-teman:3:3

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Aku Rindu Kamu Selalu Malam itu Aku diam membisu Lapuk dan berdebu Seperti tanaman yang sudah layu. Ke mana kamu? Batinku. Masih dalam keadaan membisu. Menunggumu. Sekarang kamu Menghilang tanpa kutahu. Ke mana jejakmu Ke mana langkahmu Hilangnya dirimu. Membuatku memahami sesuatu. Bahwa diriku. Kurang menghargaimu. Maafkan daku. Tolong jangan membenciku. Karena aku. Masih merindukanmu. Dan, di tempat itu. Tempat kita duduk berdua dulu. Aku masih terpaku. Membisu. Menunggu. Kehadiranmu.
Baca selengkapnya

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020

Sebenarnya postingan kali ini aku tidak tahu mau menulis apa. Ya normal, setiap hari menulis juga membuat orang bingung mau nulis apalagi kan? Mau update soal kehidupan, tetapi tidak banyak yang berubah. Mau tidak menulis apapun, kok merasa berdosa sama diri sendiri. Serba bingung akutu. Sedih juga kalau dipikir-pikir dalam kondisi saat ini. Aku mau bertanya, boleh kan ya? Hahaha. Kalau misalnya nih, kamu punya mimpi yang ternyata makin hari makin besar daripada sebelumnya. Apa yang akan kamu rasakan? Takut? Ragu? Resah? Ingin mundur saja? Atau bahkan sebaliknya? Apa yang kamu rasakan? Well, in my state now. Aku merasakan keduanya. Gila. Pusing memang, tetapi ya mau bagaimana lagi? Konsekuensi kan? Atas segala hal yang sudah dilakukan, keputusan yang diambil, akan selalu ada konsekuensi di belakangnya. Masalahnya sekarang adalah, apa konsekuensi dari keputusan yang diambil? Seberapa besar? Bagaimana mengatasinya? Kalau berhasil, step berikutnya ngapain? Kalau gagal gimana? Dan hal...
Baca selengkapnya

Pecel Lele | Puisi

Gambar
Pecel Lele Makanan murah nan menggoda. Mirip Andre dan juga Sule Banyak yang suka. Sambal, Mungkin bukan selera orang kebanyakan. Seperti pacar yang sedang kesal, Tetap dirindukan, bukan? Kol dan daun kemangi, Itu pelengkapmu. Seperti diriku menggunakan pewangi, Harum dan bikin rindu. Oh, pecel lele. Rindu rasanya, memakanmu lagi seperti dulu. Mungkin tak semahal gule, tetapi maukah kamu makan bersamaku?
Baca selengkapnya