Lana.
Setiap orang pasti punya fantasi liar. Entah itu dalam bentuk makhluk hidup, atau tidak. Itu semua bergantung preferensi masing-masing. Aku? Tentu, aku juga punya fantasi liarku sendiri. Aku panggil dia, Lana.
Kamu mungkin sudah familiar dengannya. Beberapa kali sempat aku sebutkan dalam ceritaku di blog ini. Waktu itu penggambaranku masih belum jelas, masih bisa merasakan sosoknya saja dalam diriku. Setelah aku mencari-cari, sepertinya aku sudah mulai bisa mendapatkan penggambaran yang lebih jelas.
Lana, sosok anak kecil berusia belasan tahun, dengan menggunakan kaos putih polos, dan juga rok hitam selutut. Rambutnya pun bergelombang sederhana, dengan warna merah menghiasinya. Cantik? Bingung aku jawabnya, tetapi yang aku tahu dia manis, terutama ketika ia mengenakan kacamata bundar yang selalu cocok untuknya.
Sebenarnya ia pendiam, tak banyak berkata ketika diajak bicara, tetapi ia suka bercerita ketika diberikan kesempatan. Otaknya pun selalu diisi oleh imajinasi liar mengenai kebebasan, sajak, dan cerita-cerita dahsyat yang tak pernah terpikirkan oleh orang-orang sebelumnya.
Aku tak tahu bagaimana Lana bisa tumbuh dan berkembang di pikiranku. Satu hal yang aku tahu adalah, aku nyaman dengannya. Bermain-main dengan diriku yang lain. Membuatku merasa untuk berani mencoba lagi. Perasaan langka, yang seharusnya tidak boleh dan tidak akan kubiarkan seseorang mengambilnya. Aku suka dengannya.
Komentar
Posting Komentar