Kerja Vs Keluarga | Random


Dunia kerja memang menyenangkan, terutama ketika sudah gajian. Berasa kayak semua yang ada di dunia bisa dibeli begitu. Mulai kebutuhan primer seperti makan, minum, hingga tersier seperti hiburan nonton film dan sejenisnya. Terkadang, karena hal ini juga yang bikin kita ribet, kenapa? Karena, ketika kita merasa bisa membeli apapun, hingga kita lupa untuk menyiapkan jangka panjang, bahkan ada data yang bilang bahwa anak muda jaman sekarang, nyaris belum bisa beli rumah karena gaya hidup yang boros, tapi itu ga berlaku untuk semua ya, hanya sebagian orang saja.

Di saat ada hal baik, tentu ada hal buruk juga, seperti misalnya, waktu untuk berkumpul dengan keluarga menjadi sangat jarang. Hal ini selalu terjadi, terutama untuk keluarga muda, dan sudah punya anak. Biasanya, karena terlalu sibuknya orang tuanya, sehingga anaknya lebih sering dititipkan ke keluarga jauh atau ke babysitter kalau dalam case yang parah. Sebenarnya anak - anak itu anaknya siapa? Anak orang tuanya atau kerabatnya?

Ada juga, beberapa orang tua, entah itu suami atau istri, yang berpikiran untuk menjadi bapak / ibu rumah tangga, supaya bisa menemani pertumbuhan anak - anak dari kecil hingga dewasa, salah? Tentu tidak, karena pilihan tiap orang berbeda - beda, bahkan postingan ini dan sebelum - sebelumnya, tidak semuanya setuju bukan? Yang menjadi masalah, menurut pribadi, adalah ketika seseorang membawa urusan pekerjaan ke rumah. Dengan melakukan hal itu, berasa seperti kurang menghargai keluarga. Sebagai keluarga, yang sudah merelakan waktu 8 jam (re:jam 08.00 - 16.00) di kantor, masih harus rela berbagi dengan pekerjaan yang dibawa pulang, yang berarti waktu untuk keluarga lebih sedikit lagi. Ironi bukan?

Aku sendiri pun bingung, kalau ditanya, aku tipikal yang mana? Tentu, aku termasuk orang yang bawa pekerjaan ke rumah, karena keluargaku pun sendirinya begitu, meski dalam takaran yang normal, yaitu dikerjakan ketika malam hari, sewaktu tiap individu mau beristirahat. Berbeda dengan yang lain, yang kasusnya lebih parah, terkadang membawa "masalah" di kantor ke rumah. Mungkin, mereka berpendapat, bahwa pasangan mereka harus menerima baik buruk tiap individu, tetapi apakah pernah terlintas di pikiran mereka, bahwa yang capek tidak hanya dia saja? Ah, entahlah, aku masih harus banyak mencari tahu, dan sepertinya aku masih belum siap menikah. Mungkin, waktu akan memberi jawabannya ketika tepat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Pecel Lele | Puisi

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020