Fast & Furious 8 | Review Film


Love was fun. Ride was fun too. What if we combined that things together? Maybe, that thing become a reason, why FF8 does exist now.

Gue bukannya benci film ini. Jujur saja, dari edisi ke 1 hingga ke 8, ga ada itu satu pun film dari mereka yang gue lewatin. Selalu gue tonton, meskipun lihatnya cuma di Bioskop TransTV, yang biasanya baru mulai jam 9 malam ke atas, sambil ditemani akang - akang tukang nasi goreng yang kebetulan lewat depan rumah.

Film FF ini sebenarnya sudah uzur banget. Ada kali, 10 tahun lebih ini sekuel filmnya. Tetapi, ceritanya tidak terlalu konsisten. Yang awalnya mulai dari balapan jalanan, lalu berantem dan endingnya mengenai kekeluargaan. Mungkin sinetron Tetangga Masa Gitu inspirasinya dari film ini. Cuma bedanya, mereka kalau berantem lebih mirip anak SD yang belagu macam anak STM.

Gue sendiri kurang merekomendasikan film ini, terutama buat orang yang ga pernah ngikutin sekuelnya. Gue, yang tadi datangnya telat, sedikit kurang bisa mengikuti ceritanya kok, bagaimana mereka yang ga pernah ngikutin dari seri pertama? Pasti pada bilang EWH. Kenapa? Bayangin deh, orang badannya berotot macam Vin Diesel, tetapi ngomong tentang keluarga, cinta - cintaan, lalu nangis. Mirip lah, kek Agung Hercules lagi nyanyi lagunya doi, yang Astute.

Tetapi, kalau misalnya tidak terlalu memperhatikan hal itu, ada beberapa scene yang menarik kok. Dengan joke yang khas, dan tidak berlebihan. Cukup merepresentasikan karakter yang dimainkan lah. Seperti misalnya ketika The Rock, orang yang ga pernah mau mengalah terhadap siapa pun, bertemu dengan Jason Statham, sama - sama keras kepala, tetapi hatinya sama lembutnya kek si Dom. So, how their chemisty goes? Lebih baik kalian nonton sendiri deh, i know that you will laugh, then.

Satu hal yang paling gue ga suka banget dari seri ini adalah drama. Sudah, itu saja. Terlalu berlebihan, yang jatuhnya seperti ga natural saja begitu. Bukannya bilang aktingnya Dom jelek ya, tetapi kalau lebih apa adanya, doi ga bakal menghilangkan banyak esensi dari film ini kali ya. Atau mungkin, karena kehilangan sosok Paul Walker, makanya film ini pun sedikit kehilangan "jiwa" nya. Who knows?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Pecel Lele | Puisi

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020