Percaya
"Aku percaya kamu." Katanya, malam itu ketika hanya ada aku, dan dia di dalam mobil. Ditemani dengan es krim yang baru saja kita beli di McD yang kita lewati sebelum sampai rumahnya
.
"Hm?" Tanyaku, berusaha menanyakan apa maksudnya dia. Es krim yang semula rasanya manis, tiba-tiba kehilangan rasanya. Seperti ada yang salah pada malam ini. Apakah itu aku? Dia? Atau di antara kami? Aku masih belum bisa menangkapnya dengan jelas.
"Iya, aku percaya kamu. Setelah melewati beberapa waktu bersama, kamu masih tetap di sini, Lan. Beda dengan yang lain, mereka bilang selamanya, tetapi nyatanya hanya 3 bulan. Paling lama pun hanya setahun." Jawabnya, sambil tetap memakan es krim dengan khidmat.
"...." Aku tidak menjawab, hanya membiarkan lagu yang diputar di radio mengalun begitu saja. Waktu itu, lagu yang diputar kalau tidak salah lagunya Rocket To The Moon - Like We Used To.
"Aku jarang sekali percaya dengan orang. Semenjak kejadian itu, kejadian yang masih belum bisa aku maafkan. Kenapa aku bisa bertemu dengan brengsek seperti dia?!!" Lanjut Rani (bukan nama sebenarnya), dengan mulai diikuti sesenggukan di dalamnya.
"Iya, Ran." Jawabku, berusaha untuk menanggapi omongannya.
"Terima kasih ya, Lan. Maaf merepotkan terus." Air mata mulai turun dari matanya, jarang sekali aku melihat Rani menangis. Dulu, pertama kali mengenalnya, yang aku tahu tentangnya hanyalah senyum dan tawa. Makhluk paling ceria yang pernah aku temui. Melihatnya menangis pun membuatku merasa bersalah. Entah, perasaan itu masuk begitu saja, tanpa aku memahami maksud di dalamnya.
"Iya, Ran. Gapapa kok." Jawabku, sambil makan es krim yang ada di tangan kiriku, berusaha untuk mencairkan suasana.
Tanpa ucapan, tanpa peringatan. Dia langsung menangis dan medekat padaku. Kepalanya ditaruh di pundakku. Sedikit canggung, karena menyetir dalam posisi itu sangat merepotkan. Tetapi, menolakpun aku tak bisa. Maka aku biarkan saja, menangis sepanjang perjalanan menuju rumahnya. Tanpa basa-basi yang keluar dari mulut kami berdua. Hanya tangis, dan lagu di radio yang menemani.
-
Aku selalu bingung, kenapa orang bisa mudah percaya akan sesuatu? Apa yang membuatnya percaya? Aku termasuk orang yang tidak mudah percaya. Apalagi, semenjak kasus kemarin. Aku memutuskan untuk tidak meletakkan "kepercayaanku" kepada manusia. Mungkin terdengar naif, tetapi kita sama-sama tahu, bahwa terlalu percaya pada manusia adalah hal terburuk yang pernah ada. Manusia bisa berubah, meskipun sudah mengikat janji. Kalau tidak percaya, kenapa banyak sekali orang yang melanggar janjinya? Seperti korupsi, padahal sudah bersumpah jabatan dibawah kitabnya. Selingkuh dari pasangannya. Terus, apa lagi? Silakan sebutkan sendiri. Kamu pasti sering menemuinya (:
Aku bilang ini, bukan berarti aku tidak percaya sama sekali dengan manusia. Aku percaya, tetapi dengan tendensi yang ada atau kadar yang sewajarnya. Dan aku, jujur saja, masih belum menemukan alasan kenapa aku harus percaya. Atau mungkin, kamu juga begitu? (:
Komentar
Posting Komentar