Repotnya Jadi Kakak
Sebagai kakak pertama, menjadi egois adalah sesuatu yang tabu. Iya, tabu. Tidak boleh itu namanya egois kepada adiknya. Kalau adik butuh ditemani ke suatu tempat, sebagai kakak, kita harus menemani. Waktu jalan pun, lebih sering sang kakak yang bayar, adik? Ya enak, tinggal duduk tenang, tidak perlu bayar, kenyang pula.
Selain itu, biasanya sebagai kakak, kita harus memberi contoh yang baik. Karena, kalau buruk, dicontohnya pun hal yang buruk juga. Kalau dibiarkan terus, ya bagaimana nanti nasib adik-adiknya? Berat bukan kedengarannya? Tenang, tidak seberat yang dibayangkan kok. Ada beberapa hal yang membuat sebagai kakak itu terasa menyenangkan.
Sebagai kakak, kita punya banyak kewenangan. Menentukan apa pun selama bertanggung jawab adalah hal yang paling menyenangkan dalam hidup. Tentu, ada beberapa batasan yang harus diikuti, seperti norma yang berlaku, peraturan dalam bertetangga, dan banyak batasan lainnya. Anak ke berapa pun sebenarnya juga sama memiliki aturan, cuma kalau anak pertama, lebih ketat daripada adiknya.
Dulu, aku selalu berpikir untuk keluar negeri adalah hal paling susah. Karena banyak alasannya, salah satunya adalah harus selalu siap kalau dibutuhkan kapan saja, dan di mana saja. Terdengarnya berlebihan kan? Tapi begitulah keluargaku, mungkin keluargamu juga begitu. Tapi, aku tidak putus asa sih. Aku tetap belajar bahasa asing, meskipun belum kesampaian untuk keluar negeri, setidaknya bisa bahasanya dulu kan? Ya, kata orang bermimpilah yang tinggi. Kelak, kalau kamu jatuh nanti, akan ada awan yang siap menggapaimu.
Ternyata, doa memang ada yang menjawab. Setelah berniat untuk menguburkan mimpi kuliah di luar negeri, dan memutuskan untuk kuliah di Indonesia. Orang tua menelepon dan mengabari bahwa aku punya pilihan. Iya, aku punya pilihan untuk kuliah di mana pun yang aku mau. Terserah, bebas, di mana pun. Terdengar menyenangkan kan? Sempat aku berpikir bahwa ini mimpi, tetapi aku masih dalam keadaan sadar kok. Tapi, setelah itu muncul pertanyaan baru, mau kuliah di mana kamu? Ah, pusing aku memikirkan ini seharian. Biar nanti aku ceritakan lagi, kalau ada kabar lebih baik. By the way, kamu jangan lupa untuk bermimpi yang tinggi ya. Mungkin Tuhan akan menjawab, kalau tidak, dia akan memberikan yang lebih baik. Tenang saja (:
Komentar
Posting Komentar