We Can't Make Everybody Happy (Part end) (Maybe)
Patah hati memang menyebalkan, dan aku benci mengakui, bahwa saat ini, memang hatiku lagi patah. Tidak seperti patah hati sebelumnya, yang selalu bisa diselesaikan dengan kepala dingin, dan hanya butuh beberapa jam. Kali ini, lebih susah daripada biasanya. Memang, semakin bertumbuhnya seseorang, bisa dilihat dari seberapa besar masalah yang menimpanya, dan bagaimana mengatasinya. Mungkin, kali aku sedang tumbuh. Lebih besar dari sebelumnya. Lebih kuat, dari yang pernah terjadi. Mungkin.
Terlalu berlarut ke dalam masalah bukanlah kabar yang baik. Banyak hal yang terlewatkan karena itu. Kurang fokus menjadi salah satu penyebabnya, dan perlu diakui, aku telah kehilangan fokusku yang sangat banyak. Mulai dari kehilangan semangat kuliah, emosi pada teman dekat, dan yang paling parah, mulai minum lagi. Iya, minum yang dimaksud ini minuman beralkohol. Aku harus bilang, ini buruk, tetapi beginilah kondisiku sekarang. Menurutku, orang paling pecundang adalah orang yang sering menyalahkan keadaan. Iya, dan aku mengakui juga, bahwa kali ini aku sangat pecundang. Sangat. Memalukan memang.
Karena hal ini, aku mulai bercerita ke teman - teman lamaku, yang sebelumnya tidak pernah aku ceritakan masalahku. Mereka sedikit kaget, dan banyak tertawa. Begitulah sahabat, bajingan di saat yang dibutuhkan. Mau marah? Tidak, aku sudah cukup jauh dari mereka ketika dibutuhkan. Jadi, aku tak punya cukup alasan untuk marah dengan mereka, hanya menerima saran mereka yang paling susah, lepaskan. Iya, melepaskan semuanya, tidak terikat dengan seseorang, dan paling penting, kembalilah menjadi diri sendiri. Aku tertampar. Kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Menyadari, bahwa aku telah terlalu jauh dari diriku sendiri. Kenapa?! Oh, waktu. Maukah kamu membantu menjawabnya?
Temanku tidak pernah menggerutu ketika aku ada masalah, mereka selalu ada ketika aku butuh. Mungkin, kali ini saatnya, aku harus mendengarkan perkataan mereka. Iya, perkataan yang biasanya keluar kata - kata kurang ajar, dan aku berusaha mempercayainya sekarang. Mari, ayo lepaskan semua belenggu ini. Sesuatu yang menyesakkan di dada ini sudah sepatutnya pergi dari kapan hari. Seharusnya aku sadar, semakin memaksa sesuatu, bukan hal baik yang datang. Semakin terikat, semakin kita lupa jati diri kita. Dan, ya. Mari kita lepaskan.
Ada orang yang bilang, kalau mendengarkan lagu yang kita suka ketika patah hati, akan membuat lagu itu berasa "ini aku banget." momen. Memang, itu yang aku rasakan ketika mendengarkan lagu dari Rizky Febian - Cukup Tau. Sinting memang, kenapa semua bisa begitu pas ketika aku membutuhkan? Aku kurang tahu jawabannya, tetapi dengan ini aku bersyukur, dan mari. Kita lepaskan semuanya, kita lepaskan semua hal yang mengikat kita. Mari berdamai dengan hati. Mari.
Nb: Sejak saat ini, entah dirinya membaca ini atau tidak, aku selalu mengucapkan hal yang baik untuknya. Meskipun bikin sesak di dada, tetapi kebaikannya akan selalu ada. Akhirnya, aku memutuskan untuk berhenti. Iya, berhenti. Berhenti untuk kagum, suka, sayang, cinta, dan semua rasa yang telah kita buat bersama. Terima kasih (:
Komentar
Posting Komentar