Cinta Pada Seni
Aku cinta seni. Itu saja. Tidak bisa diungkapkan seberapa besar rasa cintaku terhadap seni, tetapi mungkin penggambaran paling mudah adalah, seperti mengucapkan jatuh cinta ketika masa SD dulu. Cinta. Tanpa syarat. Sudah. Itu saja. Dan mungkin, akan tetap seperti itu.
Dalam hal seni, apa pun yang dihasilkan dari jeri payah kita, ya termasuk karya seni. Seperti bermain musik, nada yang dikeluarkan dari alat musik yang kita mainkan, itu termasuk seni. Atau mungkin, seperti pelukis, ketika dia bermain dengan kuas dan tinta yang digerakkan secara perlahan sesuai irama yang ada di dalam kepalanya, lalu jadilah 'karya seni' versi diri mereka.
Dulu, ketika masih kecil, karya seni yang bagus itu bisa tercipta dengan hanya kedipan mata. Iya, 'kedipan mata' saja. Tidak perlu usaha keras, hanya membuat sesuai 'jalan' pikiran yang dia punya. Lalu, jadilah karya seni yang luar biasa. Waktu itu. Ketika, semua terasa begitu sederhana. Mungkin, kamu akan mengira aku bodoh, tidak masalah. Tetapi faktanya, para pencipta karya seni itu memang begitu kan? Tidak terlihat seperti orang yang bekerja keras dengan ototnya seperti binaragawan, atau mungkin tidak terlihat berkeringat seperti para pekerja kuli bangunan. Mereka, biasa seperti manusia pada umumnya.
Tetapi, seperti yang kita tahu, semakin dewasa seseorang, semakin tahu apa yang terjadi. Kita belajar dari keadaan. Perspektif yang dipunya ketika masih kecil ternyata salah besar. Ketika berkarya, untuk mencapai suatu titik yang dikatakan hebat, perlu adanya kerja keras. Mungkin tidak hanya keras yang biasa, tetapi keras yang cadas. Mau makan, harus sambil latihan. Mau minum, harus sambil latihan. Mau mandi, latihan juga. Apa pun yang dilakukan, latihan yang selalu diutamakan. Gila memang, tetapi harus. Mau bagaimana lagi?
Aku masih belum segila itu, untuk urusan berkarya. Bahkan, mungkin aku masuk dalam takaran yang santai banget dalam berusaha. Pelan, seperti siput. Seperti tidak niat. Seperti hidup segan, mati tak mau. Menyedihkan memang, tetapi memang itu yang sebenarnya terjadi. Tetapi, bukannya aku enggan dalam berkarya, sungguh aku mau melakukannya sepenuh hati. Aku ini makhluk yang konsisten, ketika mau sesuatu pasti kulakukan. Pelan, tetapi pasti. Meskipun aku terlihat malas, aku tetap melakukan hal yang kusuka. Yaitu berkarya. Entah sudah berapa cemooh dan caci maki yang kudapat. Aku tetap melakukannya. Karena, aku cinta akan seni.
Dalam hal seni, apa pun yang dihasilkan dari jeri payah kita, ya termasuk karya seni. Seperti bermain musik, nada yang dikeluarkan dari alat musik yang kita mainkan, itu termasuk seni. Atau mungkin, seperti pelukis, ketika dia bermain dengan kuas dan tinta yang digerakkan secara perlahan sesuai irama yang ada di dalam kepalanya, lalu jadilah 'karya seni' versi diri mereka.
Dulu, ketika masih kecil, karya seni yang bagus itu bisa tercipta dengan hanya kedipan mata. Iya, 'kedipan mata' saja. Tidak perlu usaha keras, hanya membuat sesuai 'jalan' pikiran yang dia punya. Lalu, jadilah karya seni yang luar biasa. Waktu itu. Ketika, semua terasa begitu sederhana. Mungkin, kamu akan mengira aku bodoh, tidak masalah. Tetapi faktanya, para pencipta karya seni itu memang begitu kan? Tidak terlihat seperti orang yang bekerja keras dengan ototnya seperti binaragawan, atau mungkin tidak terlihat berkeringat seperti para pekerja kuli bangunan. Mereka, biasa seperti manusia pada umumnya.
Tetapi, seperti yang kita tahu, semakin dewasa seseorang, semakin tahu apa yang terjadi. Kita belajar dari keadaan. Perspektif yang dipunya ketika masih kecil ternyata salah besar. Ketika berkarya, untuk mencapai suatu titik yang dikatakan hebat, perlu adanya kerja keras. Mungkin tidak hanya keras yang biasa, tetapi keras yang cadas. Mau makan, harus sambil latihan. Mau minum, harus sambil latihan. Mau mandi, latihan juga. Apa pun yang dilakukan, latihan yang selalu diutamakan. Gila memang, tetapi harus. Mau bagaimana lagi?
Aku masih belum segila itu, untuk urusan berkarya. Bahkan, mungkin aku masuk dalam takaran yang santai banget dalam berusaha. Pelan, seperti siput. Seperti tidak niat. Seperti hidup segan, mati tak mau. Menyedihkan memang, tetapi memang itu yang sebenarnya terjadi. Tetapi, bukannya aku enggan dalam berkarya, sungguh aku mau melakukannya sepenuh hati. Aku ini makhluk yang konsisten, ketika mau sesuatu pasti kulakukan. Pelan, tetapi pasti. Meskipun aku terlihat malas, aku tetap melakukan hal yang kusuka. Yaitu berkarya. Entah sudah berapa cemooh dan caci maki yang kudapat. Aku tetap melakukannya. Karena, aku cinta akan seni.
Komentar
Posting Komentar