Tidak Pernah Merasa Terlalu Besar.
Dalam menjalani beberapa hal, belakangan ini selalu merasa cukup serius. Iya, ku jalani semua dengan sepenuh hati. Berusaha menghasilkan yang terbaik, sejauh yang ku bisa. Dimarahi meskipun bukan yang salah, berusaha meskipun tahu, tidak akan pernah cukup sempurna. Iya, tidak akan pernah cukup sempurna.
Dalam postingan beberapa hari yang lalu, tentang 10.000 jam. Aku percaya, bahwa dalam proses belajar memang perlu yang namanya ketekunan hingga keuletan. Kalau bisa, sampai bikin Tuhan itu "menyerah" mengasih cobaan. Dalam hal ini, pilihan pun tidak banyak. Pilihannya cuma 2, mau kamu yang menyerah, kebanyakan orang pasti begini ketika orangnya termasuk gampang bosan, atau sebaliknya. Tuhan tidak hanya akan memberimu cobaan dalam bentuk siksaan, melainkan dalam bentuk keindahan. Sama - sama cobaan, tetapi dalam bentuk yang berbeda. Istilahnya, terlihat indah belum tentu indah.
Begitu sampai di titik ini, entah sudah berapa jam yang kulewati, masih selalu merasa kurang cukup. Dalam arti berusaha sepenuh hati, hingga percaya akan jalan yang telah ditempuh. Selalu terasa ada yang kurang. Entah, mungkin karena aku kurang bersyukur, atau mungkin karena selalu merasa ada next step.
Konsep bersyukur itu, mudahnya adalah, tidak perlu bilang kamu bersyukur apa tidak, kamu hanya perlu melakukannya. Iya, melakukan. Misalnya, kamu diberi baju, ya harus bersyukur, dalam bentuk ucapan terima kasih kepada yang memberi misalnya, meskipun baju yang diterima tidak cocok atau ukurannya kurang pas, pokoknya menghargai yang sudah memberi terlebih dahulu. Itu konsep bersyukur secara sederhana. Itu kalau dalam hal baik, kalau dalam kesusahan? Ya tetap bersyukur, misalnya diberi penyakit. Ya jangan mengomel, bilang Tuhan ga sayang sama kita atau apalah, itu ga bermanfaat sakitnya. Padahal, kalau kita bisa melihat dari sisi yang lain. Selalu ada manfaatnya. Bisa jadi, dengan sakit, kita bisa fokus membaca buku yang sudah lama ga ke baca. Bermanfaat kan? Sebuah kondisi pasti bermakna positif dan juga negatif, kalau bisa lihat hal - hal baik, kenapa harus berpikir jeleknya?
Kalau yang next step, ini menarik. Kenapa menarik? Pertama, kalian harus punya mimpi besar dulu, baru dibuat jalan menuju mimpi besar itu. Dengan cara seperti apa? Membuat mimpi kecil yang setidaknya relevan dengan hal tersebut. Lalu, kamu harus berusaha setiap hari untuk mencapai mimpi kecil itu. Dalam usaha, selalu ada cobaan yang terjadi bukan? Ketika ada cobaan, bagaimana kamu menanggapi? Nanti dari situ bisa dinilai, apakah kamu cukup worthed it? Setelah dinilai, dan dirasa cukup, baru dapat tugas lebih besar lagi, hingga dapat mimpi kecil itu. Lalu merasa puas? Belum, kita pasti akan membuat mimpi kecil lainnya, yang tentu lebih besar dari mimpi sebelumnya, tetapi lebih kecil daripada mimpi besar. Lalu, siklus itu pun berulang, hingga kita tidak merasa bahwa kita sudah melewati mimpi besar yang dari awal sudah diinginkan. Merasa puas? Coba dulu, biar kamu bisa memahami penjelasanku. Hahaha.
Komentar
Posting Komentar