Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Capek.

Sesungguhnya, manusia paling receh adalah manusia yang mengeluh dan menyalahkan keadaan tapi tanpa banyak berbuat sesuatu. Dan aku, sekarang sedang dalam keadaan capek. Iya, aku capek. Tak tahu harus bagaimana mengucapkannya, dikejar deadline buat tulis cerita baru di Wattpad, lalu ada kelas bercerita, membangun Lingkar Sinergi, berusaha mencari cela untuk membuat konten, menulis di blog ini, bercerita dengan kawan, persiapan menjelang uts... dan aku... capek. Aku seperti dalam fase di mana, badanku siap mengembara ke mana saja, tetapi psikisku terkikis perlahan. Pelan, tapi pasti. Berada di keramaian tetapi jiwa sepi. Dan jujur, aku capek. Sudah, segitu saja keluh kesahku. Aku tak mau terlalu berlarut akan sesuatu, cukup dinikmati saja. Bismillah.

Berbeda Sudut Pandang.

Hidup dimulai dengan perbedaan sudut pandang yang beragam. Setidaknya ketika baru lahir, ada sekiranya minimal 3 orang yang saling berbeda pendapat, dalam menentukan, bagaimana seharusnya sang anak lahir? Apakah dengan operasi normal atau caesar? Apakah kepala atau kaki terlebih dahulu? Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang mendominasi waktu itu. Baiklah, contoh umum lainnya adalah ketika bangun pagi. Setiap insan manusia mempunyai gayanya sendiri ketika bangun pagi. Ada yang bangun, lalu mengecek Handphone. Ada juga yang langsung ibadah, berdoa mengingat betapa Tuhan telah memberikan hal baik kepada dirinya di pagi hari, yaitu kesempatan untuk hidup. Atau, ada yang juga melanjutkan tidurnya lagi, karena tidak ada kegiatan di hari itu. Banyak cara. Hal ini juga menunjukkan, bahwa setiap manusia memiliki caranya sendiri dalam 'memandang' sesuatu. Tetapi, kenapa hal ini menjadi masalah? Masalah yang dihasilkan bukan remeh-temeh. Melainkan kompleks, hingga terjadi baku han...

Manusia Bahagia

Aku selalu bilang pada diri sendiri, untuk menjadi manusia yang paling berbahagia. Iya, berbahagia akan apa pun. Entah itu dalam keadaan senang, hingga dalam keadaan terburuk sekalipun. Ok, itu terdengar sangat tidak masuk akal, seperti tidak 'manusia' sekali. Memang, harus aku sadari, bahwa itu memang bukan 'manusia' pada umumnya. Bukan memang. Karena sejatinya kita punya hak dasar akan manusia. Kita boleh dalam keadaan baik, senang, bahagia, canda, tawa, dan sejenisnya. Tetapi, kita sangat diizinkan untuk sedih, berduka, menyesal, hingga merundung pada keadaan. Kita, diperbolehkan untuk hal itu. Kita punya hak akan hal itu. Aku sendiri tidak selamanya bisa bersenang hati. Terkadang, bersedih adalah teman akrabku ketika tidak ada kegiatan dan teman bercerita. Terkadang. Hal ini membuatku mengingat banyak hal, terutama dengan masalah dan kesalahan yang pernah aku lakukan. Lalu apa? Tentu, aku akan menyesal, berkecil hati, menyalahkan keadaan, bahkan terkadang ingin b...

Namanya Juga Manusia.

Aku mau bicara jujur saja sama kalian, hanya itu yang aku bisa. Ada yang lain sih, tetapi itu tidak akan berguna kalau sama kalian. Karena menurutku, ketika seseorang sudah dengan sangat niat membaca ceritamu, itu berarti kamu harus memberi 'dirimu' sepenuh hati. Apa pun itu. Entah itu kerja keras, kerja cerdas, jujur, ramah, bicara apa adanya. Apa pun itu. Dan, harus aku akui, berbicara dengan kalian itu sungguh menyenangkan! (: Menjadi seorang pribadi yang 'lain' di sosial media itu sebenarnya menyebalkan. Oke, kalian mungkin akan bilang, kenapa aku tidak menjadi diriku sendiri? Kenapa harus menjadi orang lain? Jawabannya sederhana, ini masalah branding. Iya, ini masalah bagaimana kita memasarkan diri kita ke orang lain. Apa yang ingin kamu tunjukkan kepada dunia? Sisi apa dalam dirimu yang akan kamu perlihatkan ke mereka? Contohnya, dengan Facebook. Kalau kita main FB, kebanyakan orang itu memamerkan sesuatu di sana. Entah itu liburan, atau foto keluarga. Banyak...

Tidak tahu

Malam ini Surat telah aku buat. Cukup sederhana, dengan sedikit iktikad. Iktikad untuk berjanji pada diri sendiri. Dia baik. Kataku, ketika surat dibuat. Mengingatkanku akan rambutnya yang lebat. Dan juga, senyum kecil dengan pipi kiri dihiasi dekik. Aku ini pengagum rahasia. Tapi, yang mengaku sedang memuja. Apa itu masih bisa dibilang rahasia? Entahlah, gila aku dibuatnya. Aku tak tahu. Kenapa puisi ini dibuat? Sajaknya saja tak indah Banyak kejanggalan di sana sini. Bodoh amat Saya suka. Saya jatuh cinta Sepertinya

Jangan Kabur.

Hari ini tak spesial. Mirip dengan minggu sebelumnya. Duduk di rumah, santai menikmati hari libur, meski diikuti sedikit rasa kecewa di dada. Rasa ingin sedikit berbuat sesuatu yang bermanfaat. Tapi apa? Tanyaku dalam batin. Banyak yang bilang, hidup tak perlu terlalu serius. Cukup nikmati, karena kalau terlalu serius, nanti ga biasa kalo ada kejutan baru. Aku setuju dengan ini, sangat setuju bahkan. Karena pernah kejadian juga, beberapa saat lalu, saat aku hadapi semua dengan serius, lalu ketemu masalah lain, yang ada apa? Jalan buntu. Dan aku benci itu, makanya sekarang lebih santai dalam menghadapi sesuatu. Tapi, namanya juga seorang penulis lepas tak terikat, keinginan untuk berkarya selalu ada. Selalu. Itu alasan kenapa tulisan ini terbentuk, aku hanya ingin menceritakan dan menuntaskan janjiku sebagai seorang penulis. Bukan karena banyak yang baca atau bagaimana, aku hanya suka. Seperti seorang pecinta, yang tak pernah punya alasan untuk terus bercinta. Selalu ingin melakukan ...

Reason

I wanna make myself better than before, let's start talk with english. So here we are! How are you, fellas? Do you had a good, amazing or maybe an extraordinary day? Are you really sure bout it? Or maybe, you just get a whore day with a full of idiot person on it? Well, lemme make your day become a worst day ever. So let's start from a simple question. Are you having a reason to living in this world? If it yes, are you sure bout it? (: If you don't have any reason, just die. It's better if you die, without living a shit on this world, than you become a things who everyone hates. I mean, you are already old enough to think bout your existance. Is it matter to the other? Maybe being a superhero or just an asshole maybe. Everyone has a reason to living. And if you still don't know your reason. It's better to die. Just die. And like what i've said before? Are you sure with your reason? Cause as we know, when we grow up, we just realize that we are so dumb. A...

Berbagi Konsep.

Dalam dunia kepenulisan, yang aku pelajari dan membekas adalah tentang konsep berbagi. Iya, berbagi apapun itu. Konsep cerita, alur, gaya bahasa, memberi semangat satu sama lain. Semua itu adalah konsep berbagi. Untuk berbagi, banyak sekali caranya. Dengan membaca, sang penulis sudah berbagi kepada pembaca, bagaimana membuat sebuah cerita, tentang alur cerita yang diambil, konflik masalah yang ada, hingga solusinya. Sebagai pembaca, ia juga berbagi kepada penulis. Entah itu pengalaman ketika membaca bukunya, pesan kesan, atau memberikan suatu sumbangsih kepada sang penulis. Banyak sekali konsep berbagi di dalamnya. Hal ini, aku gunakan dalam dunia nyata. Baik dalam hal apapun. Berbagi makanan dengan kerabat, bercerita masalah kerjaan kepada teman seperjuangan, atau bahkan, berduaan dengan sang kekasih. Selalu ada konsep berbagi di dalamnya. Bahkan, terkadang kita tidak pernah menyadari bahwa kita sedang berbagi. Seperti misalnya, ketika kita salah ngomong akan sesuatu, menurut kita ...

Not yet.

Main cukup jauh dari "rumah" sebenarnya bukan hal yang menyebalkan. Bahkan, sebenarnya itu termasuk hal yang menyenangkan. Iya, aku senang sekali main cukup jauh dari rumah. Senang sekali. Tetapi, pertanyaannya adalah, apakah perlu? (: Aku selalu bilang, main itu selalu perlu. Kita perlu main cukup jauh. Kalau perlu, beda dimensi waktu dengan tempat asal kita. Kalau perlu, bahasa yang digunakan bukanlah bahasa ibu. Kalau perlu, pergi ke tempat yang di mana, kamu hanya bisa mempercayai diri sendiri. Kalau perlu. Melihat tempat lebih jauh, luas, dan obyektif itu sesuatu yang sangat penting buat hidup. Karena apa? Sederhana saja, karena pada dasarnya manusia memang diperuntukkan untuk berpindah dari satu sisi ke sisi lain. Dari rahim ke dunia nyata, dari TK ke SD, dari SMP ke SMA, dan masih banyak perpindahan lainnya.  Tujuannya apa? Untuk berkembang lebih dari sebelumnya. Lebih. Dari. Sebelumnya. Aku takkan bilang kalau aku cukup banyak pengalaman. Tentu tidak. Bisa jadi ana...

Messed Up Things.

I really loved messed up "things". Kalau kamu tanya, "mengapa?" jawabanku akan selalu sama. Tak tahu. Iya, aku tak tahu alasannya mengapa, hampir mirip ketika aku berkata, "aku sayang kamu." Sesederhana itu. Meskipun, jujur saja, aku tidak terlalu betah dengan kondisi kamar yang berantakan. Selalu ingin memperbaruinya, sehingga terlihat lebih indah daripada sebelumnya. Tetapi, aku suka dengan hal yang berantakan. Aneh? Jelas, aku juga begitu berpikirnya. Menurutku, berantakan itu menandakan diri sendiri. Mengingatkan bahwa diriku masih belum menjadi apa-apa. Masih harus banyak belajar, melihat sesuatu lebih luas, hingga nanti, aku tahu arahnya ke mana hidupku ini. Dan, begitulah aku sekarang. Berantakan, belum tahu ke mana arahku nanti. Masih kelabu. Aku mengakuinya, tak masalah, karena mengakui bukan termasuk sebuah dosa kan? (: Aku terkadang berdoa kepada Tuhan, berdoa sederhana saja, tentang diriku tentunya. Aku bilang pada Tuhan, "Ya Tuhan,...

Being A Lazy Person on Weekend is not crime, right?

Menjadi malas itu sebenarnya menyebalkan, duduk tanpa melakukan sesuatu, membuang waktu dengan percuma, hingga terlewat semua hal-hal penting. Terdengar menyebalkan bukan? Aku pun setuju dengan pendapatmu kalau begitu. (: Aku termasuk orang yang selalu memaksa diriku berbuat sesuatu yang baik. Kalau bisa, berpengaruh ke banyak orang. Kalau bisa. Kalau tidak, ya tidak memaksa. Setidaknya, hal baik itu sudah dilakukan untuk diri sendiri. Semacam trigger untuk pengingat, bahwa manusia adalah makhluk yang seharusnya tetap berusaha untuk berbuat baik. Meskipun, ada tujuannya atau tidak. Hal baik itu tidak selalu berhubungan dengan melakukan hal yang luar biasa, hal kecil pun juga termasuk kok. Semacam memberi penghargaan untuk diri sendiri misalnya. Bisa itu, sangat bisa bahkan. Kita kan sama-sama tahu, bahwa hidup di jaman sekarang sungguh menyebalkan. Banyak yang menjadi faktor penentu, apakah sesuatu akan berhasil ataupun tidak. Banyak sekali. Hal ini, akhirnya berdampak kepada diri...

Jumat Libur

Tahun ini berlalu begitu cepat. Sepertinya aku dengan sangat sukses membuang waktu percuma. Yippie!!! Hahahaha!!!!:))))) Memang sih, tidak seperti tahun lalu yang terlewat produktif, tahun ini planning- nya cukup sederhana. Hanya lulus. Kalau mau cari kerjaan, paling yang benar-benar aku suka, entah itu radio ataupun dunia film. Hanya itu. Menulis pun sebenarnya sebagai salah satu cara pelepas rindu dikala senggang. Ketika tak banyak teman bisa diajak bercerita, lewat menulis, aku bisa menggambarkan suasana hatiku dengan cukup lapang. Istilah kerennya, aku berdamai dengan diriku sendiri. Tulisan di blog adalah suatu hal paling mujarab. Tidak ada tedensi, tidak perlu benar, bahkan bisa menghujat siapapun, asalkan memberi suatu solusi. Singkatnya, kita bertanggung jawab akan tulisan kita. Karena, tak ada yang tahu siapa yang baca, dan apa yang mereka pikirkan. Maka tulislah sesuatu yang bisa kau pertanggung jawabkan kelak. Tetapi, kejenuhan itu juga sesuatu yang nyata bukan? Ya, seti...

Menikmati hidup.

Karena aku menikmati hidup apa adanya, dengan sedikit ekspektasi, berusaha lebih banyak, dan keputusan akhir ada di tangan-Nya. Setiap manusia pasti punya kelebihannya masing-masing, pasti itu. Bisa saja, aku pandai menyusun kata seolah itu hidup, sedangkan kamu tidak. Kamu pintar menggambar, sedangkan aku hanya bisa menikmatinya. Setiap manusia punya kelebihannya masing-masing. Tapi, yang lucu adalah, menjadi beda itu masalah. Itu yang aku pelajari dahulu, ketika masih kecil. Sekitar masa SD hingga SMA. Belum percaya? Coba kamu ingat-ingat, masa SD hingga SMA-mu bagaimana? (: Baiklah, aku akui setiap manusia punya pengalamannya masing-masing. Tetapi, pasti punya kesimpulan yang sama. Menjadi berbeda itu salah, bahkan bisa berujung dengan bullying. Ketika aku SD, sewaktu pelajaran bahasa daerah, bahasa Jawa. Aku jujur saja, tak terlalu tahu banyak tentang bahasa asing. Karena hal ini pula, aku di-bully 1 kelas. Iya, 1 kelas. Mereka tak ingat, tetapi aku selalu ingat waktu itu. Ada l...

Egois Itu Aku

Kalau dipikir secara sadar, aku selalu merasa diriku adalah makhluk paling egois. Banyak alasan yang mendukung, seperti wanita. Aku selalu termasuk orang yang tidak akan dengan mudah melepaskan seorang wanita yang pernah dekat denganku. Entah itu seorang teman, sahabat, atau bahkan sekalipun mantan pacar yang sudah bersama dengan yang lain. Alasannya cukup sederhana, aku hanya ingin tahu kabar satu sama lain, lagi pula mereka sudah cukup mengenal diriku, sebelum menjadi diriku yang sekarang ini. Tidak ada salahnya, kan? Lalu, karena hal ini, banyak masalah yang terjadi. Iya, aku jadi sangat terbiasa untuk menghubungi teman lamaku, khususnya wanita. Untuk orang yang sudah mengenalku, akan selalu memberi tanggapan yang sama "Ical aja loh, sudah biasa dia begitu." Tapi, untuk yang baru, selalu berpikiran bahwa duniaku selalu dikelilingi oleh wanita. Ya, memang sih, tetapi kan bukan begitu adanya... Ya, tapi omongan orang tidak seharusnya didengarkan terus menerus, kan? Aku b...

Setiap Luka Meninggalkan Bekas.

Setiap luka meninggalkan bekas. Beberapa waktu lalu, aku hampir selalu bilang pada diriku sendiri, bahwa "sakit hati itu tidak menyenangkan, apalagi ketika kita peduli akan seseuatu atau seseorang." Karena itu, aku menjadi orang yang sangat apatis, dan hanya peduli dengan duniaku sendiri. Iya, duniaku sendiri. Tidak mendengarkan pendapat orang lain, berbuat semauku dan yang paling parah, tidak pernah ada ketika dibutuhkan. Waktu itu, iya waktu itu. Aku masih sangat ingat. Karena hal ini juga, aku mendapatkan impresi yang buruk dari teman-temanku. Iya aku tahu itu salah, yang aku inginkan hanya tidak terluka kok. Terima kasih, sudah mau mengerti. Seperti yang aku bilang, aku hanya peduli akan duniaku. Hal ini berarti, semuanya. Mulai dari keluarga, teman, sahabat, kekasih, hingga pekerjaan yang benar-benar aku sayang. Aku peduli, meskipun tidak terlihat peduli. Itu gayaku dulu. Kalau ditanya kenapa? Keren saja, jawabku dengan lugu. Ayolah, siapa yang tidak setuju kalau Seve...

Start Over and Over Again.

  Akhirnya, bulan Februari terlewat dengan percuma.   Tapi, aku tidak terlalu kecewa. Kalau ditanya kenapa? Aku akan menjawab dengan jawaban "entah". Terkesan tidak bertanggung jawab akan pilihannya, dan ya, mau bagaimana lagi? Aku masih belum menemukan alasan yang cukup jelas, tetapi seperti ada perasaan lega dalam dada. Lega sekali.   Setelah awal tahun, dibuka dengan hal yang masih mengguncangkan jiwa. Aku, secara tidak langsung, memutuskan diriku sendiri untuk bertemu dengan beberapa orang, dan menjauhi semua hal yang bikin membuat hatiku sakit. Istilah yang tepat mungkin adalah, sweet escape .   Iya, pelarian yang manis. Bertemu dengan beberapa orang yang menurutku penting dan berarti, bercerita tentang yang harus diceritakan, hingga menonton film dengan beberapa orang baru. Adaptasi mungkin akan membuat orang gila, tetapi aku berusaha mencobanya. Menyesuaikan diri dengan sifat orang lain, lalu mengalahkan ego sehingga tidak saling menyakiti, dan ...