Berbeda Sudut Pandang.


Hidup dimulai dengan perbedaan sudut pandang yang beragam. Setidaknya ketika baru lahir, ada sekiranya minimal 3 orang yang saling berbeda pendapat, dalam menentukan, bagaimana seharusnya sang anak lahir? Apakah dengan operasi normal atau caesar? Apakah kepala atau kaki terlebih dahulu? Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang mendominasi waktu itu.

Baiklah, contoh umum lainnya adalah ketika bangun pagi. Setiap insan manusia mempunyai gayanya sendiri ketika bangun pagi. Ada yang bangun, lalu mengecek Handphone. Ada juga yang langsung ibadah, berdoa mengingat betapa Tuhan telah memberikan hal baik kepada dirinya di pagi hari, yaitu kesempatan untuk hidup. Atau, ada yang juga melanjutkan tidurnya lagi, karena tidak ada kegiatan di hari itu. Banyak cara. Hal ini juga menunjukkan, bahwa setiap manusia memiliki caranya sendiri dalam 'memandang' sesuatu.

Tetapi, kenapa hal ini menjadi masalah? Masalah yang dihasilkan bukan remeh-temeh. Melainkan kompleks, hingga terjadi baku hantam terkadang. Entah itu antar individu ataupun golongan. Tidak percaya? Banyak kok, silakan saja melihat portal berita media online. Banyak sekali yang membahas hal ini. Banyak sekali, hingga aku sendiri pun bosan membacanya.

Kalau menurutku, hal ini sudah terjadi semenjak kita SD. Ketika masa ujian, ada seseorang yang menjawab pertanyaan dengan salah, dan akhirnya dikucilkan 1 angkatan. Terdengar ironi kan? Aku merasakannya secara langsung. Atau bahkan, ketika kamu membaca majalah anak atau koran, selalu ada 2 gambar yang di mana perintahnya adalah, "temukan 5 perbedaan dari gambar ini!".

Lucu bukan? Pertanyaan berikutnya yang terngiang di kepalaku adalah, kenapa harus mencari perbedaan? Ketika persamaan yang begitu banyak bisa menyatukan, sementara perbedaan yang sedikit pun, terkadang membuat seseorang saling bentrok satu sama lain.

Lagi pula, apa salahnya berbeda? Kalau menjadi berbeda itu sebuah kesalahan, maka semua orang akan memiliki jawaban yang sama ketika dijadikan tempat bercerita. Entah itu, "kasihan ya si A." "Sabar ya" "Ya sudah, mungkin kamu kurang beruntung." dan masih banyak jawaban standar lainnya. Kalau begitu ceritanya, apa gunanya bercerita? Ah, aku masih belum paham tentang pola pikir manusia jaman sekarang ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Pecel Lele | Puisi

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020