Berbagi Konsep.


Dalam dunia kepenulisan, yang aku pelajari dan membekas adalah tentang konsep berbagi. Iya, berbagi apapun itu. Konsep cerita, alur, gaya bahasa, memberi semangat satu sama lain. Semua itu adalah konsep berbagi.

Untuk berbagi, banyak sekali caranya. Dengan membaca, sang penulis sudah berbagi kepada pembaca, bagaimana membuat sebuah cerita, tentang alur cerita yang diambil, konflik masalah yang ada, hingga solusinya. Sebagai pembaca, ia juga berbagi kepada penulis. Entah itu pengalaman ketika membaca bukunya, pesan kesan, atau memberikan suatu sumbangsih kepada sang penulis. Banyak sekali konsep berbagi di dalamnya.

Hal ini, aku gunakan dalam dunia nyata. Baik dalam hal apapun. Berbagi makanan dengan kerabat, bercerita masalah kerjaan kepada teman seperjuangan, atau bahkan, berduaan dengan sang kekasih. Selalu ada konsep berbagi di dalamnya. Bahkan, terkadang kita tidak pernah menyadari bahwa kita sedang berbagi. Seperti misalnya, ketika kita salah ngomong akan sesuatu, menurut kita biasa, sedangkan orang lain? Well, ya ini salah satu contoh yang buruk sih. Tetapi bisa membuat kita berpikir sebelum bersikap.

Dari banyak berbagi itu, aku belajar 1 hal yang penting. Kita harus selalu siap akan sesuatu. Harus selalu siap. Kamu mungkin bertanya, kenapa? Sederhana saja. Ketika kita berbagi sesuatu, tidak selalu mendapat respon yang positif. Tidak selalu. Seperti misalnya, kita berbagi makanan kepada teman untuk mencairkan suasana, tetapi ia menolak karena alasan makanan itu bukan levelnya dia. Kesal kan dengarnya? Nah, karena itu, kita harus selalu siap akan sesuatu.

Ketika kita akan berbagi, pada dasarnya harus membuka semua "pintu" dalam diri. Pertama, membuka diri untuk siap menerima orang lain. Menyiapkan diri untuk membuat pikiran kita 'tercemar' akan ide baru. Menyiapkan diri, untuk paham, bahwa setiap orang memberikan saran yang terbaik. Meskipun, tidak pernah sesuai dengan diri kita. Meskipun.

Yang kedua adalah, kita harus 'siap' untuk berbagi. Kita harus punya sesuatu untuk dibagikan, apapun itu. Entah itu berupa cerita, penyemangat, atau bahkan sekedar peluk dan cium untuk teman yang bercerita. Kadar yang diberikan pun harus sesuai. Kita harus pintar 'menakar' dalam hal ini. Tak mungkin ketika orang sedang sedih, tak mau bercerita, hanya isak tangis yang keluar, kita tambahkan dengan omelan dan sejenisnya. Tak mungkin itu. Bisa jadi, yang mereka butuhkan hanyalah peluk, dan tak perlu banyak bicara. Bisa jadi. Kita harus bisa 'menakar' hal ini.

Dan kalau misalnya, kalian sudah cukup fasih. Setidaknya, nanti kalian tahu harus bagaiman bersikap di kondisi masyarakat sekarang ini. Selamat mencoba, kawan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Pecel Lele | Puisi

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020