Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Fanarama-Hilang

  hingga tersisa hanyalah ragu mengejar dan memburu hingga tersisa hanyalah rasa sesal dalam dada takkan usai jika tak jua kau lepaskan takkan usai jika tak jua kau relakan takkan usai jika tak jua kau percaya yang tlah hilang dan takkan kembali biarkan hilang tak usah kau cari yang tlah hilang dan takkan kembali biarkan hilang biarkan terganti hingga tersisa hanyalah ragu menjerat menahanmu hingga tersisa hanyalah rasa sesal dalam dada takkan usai jika tak jua kau lepaskan takkan usai jika tak jua kau relakan takkan usai jika tak jua kau percaya yang tlah hilang dan takkan kembali biarkan hilang tak usah kau cari yang tlah hilang dan takkan kembali biarkan hilang biarkan terganti   Lagi banyak masalah, tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tetapi mendengarkan salah satu lagu kesayanganku ini cukup menyenangkan jiwaku. Coba deh kamu ikutan dengerin :):):) 

Makin Tinggi, Makin Kencang.

"Faisal..." Sapa Lana, dalam diriku. Aku hanya menoleh, melihatnya dengan tenang. Ia tersenyum, seperti biasanya. Ada damai dalam senyum itu, tetapi aku mengerti, ada sesuatu di dalamnya. Ada sesuatu. "Iya?" Jawabku, diikuti dengan senyumku, sebagai balasan senyum darinya. "Kamu makin tinggi. Angin akan makin kencang." Lanjutnya, dengan tatapan lebih dalam. Aku tak menjawab, berusaha memahami maksudnya. Lalu, ia tiba-tiba menghilang begitu saja. Tanpa kata, tanpa ucapan perpisahan. Seperti biasanya. Kemudian, suasana makin dingin. Lebih dingin daripada biasanya. Hingga aku putuskan untuk memeluk diriku sendiri. Ingin rasanya ada yang memelukku saat ini. Ingin rasanya. Tetapi, kini aku sendiri. Hanya sendiri. Di tempat sunyi nan gelap. Tanpa tahu harus berbuat apa-apa. Sendirian. Dan ditemani dengan angin yang semakin kencang. Angin yang semakin kencang. Aku diam Lalu berkata dalam hati, "Aku siap."

Membaca Masa Depan.

Dulu, kalau ada yang bertanya, "kekuatan superhero apa yang ingin banget kamu punya?" Jawabanku akan selalu sama, aku sangat ingin punya kekuatan membaca masa depan. Iya, membaca masa depan. Kan keren, kalau misalnya kita bisa melihat sesuatu lebih awal daripada yang lainnya. Kita jadi bisa memperkirakan kemungkinan terburuk yang akan terjadi nantinya. Sounds good right? Tentunya, itu adalah pilihan tersalah. Aku tidak tahu sejak kapan bakat itu akhirnya muncul, yang jelas sekarang aku sangat bisa membaca masa depan. Sangat bisa. Membaca di sini maksudnya tidak melihat masa depan secara jelas, tanpa babibu. Tetapi, bisa memperkirakan secara rinci apa yang akan terjadi ke depannya. Dan harus aku bilang, aku mulai membencinya perlahan. Kemampuan membaca pikiranku kalau dibandingkan yang lainnya, masih masuk kategori cupu-sok-bisa begitu. Tidak se-jago yang lainnya ketika melihat masa depan. Ketika yang lainnya bisa menjelaskannya secara rinci tempat kejadian, kapan, dan a...

Movie Review.

Dalam kelas Public Speaking yang aku pegang di Lingkar Sinergi, aku mau membuat sebuah konsep yang sederhana, tetapi berguna untuk sehari-hari. Iya, berguna untuk sehari-hari. Tidak terlalu ribet, tetapi apa adanya. Jadi, nanti ketika mau digunakan dalam keadaan apapun, pasti terpakai. Konsep sederhanaku begitu. Kita semua tahu, bahwa ekspektasi berlebihan itu tak baik, justru akan menyakitkan. Aku setuju akan hal itu. Sangat setuju bahkan. Maka dari itu, aku tidak akan banyak berekspektasi terhadap projekku. Maka dari itu, aku menggunakan hal yang sederhana, tetapi tetap bisa mencapai tujuanku. Salah satunya, adalah dengan Review Film. Iya, review film. Mungkin kamu bertanya, apa maksudnya? Sederhana saja, ketika semua orang sibuk melakukan sesuatu yang serius setiap hari, setiap saat, aku hanya menganjurkan mereka untuk menonton film. Iya, hanya itu. Nanti dari film tersebut, aku meminta mereka mengungkapkan pendapat mereka. Sejujur mungkin kalau bisa. Terdengar menyenangkan, buka...

Sepotong Cerita di Dalam Mobil.

Aku rindu menulis sesuatu yang cukup serius, maka baiklah mari aku coba tulis sesuatu yang serius lagi. Tentang, sepotong cerita di dalam mobil. Aku termasuk tipikal orang yang banyak berbicara di tengah keramaian, tetapi hemat berbicara kalau dalam kelompok. Hemat saja. Malas sekali rasanya berbicara kalau lagi bersama teman-teman. Entah itu teman akrab, atau mungkin dalam komunitas. Kalau ditanya kenapa? Mungkin alasannya adalah, lingkunganku yang saling mendominasi. Selalu mengeluarkan suaranya sendiri, hingga sebagai penyeimbang, aku memutuskan untuk diam, dan mendengarkan. Iya, diam dan mendengarkan. Kamu mungkin berpikiran, kenapa harus menjadi pasif sih? Bukannya kamu termasuk orang yang aktif? Iya, benar aku orangnya aktif kok. Aktif sekali bahkan, banyak gerak, hingga sering badanku jatuh sakit karena itu. Tapi tidak parah sih, cuma tertidur pulas saja di kasur. Nah, karena itu juga aku memutuskan untuk diam, pasif dengan keadaan sekitar. Tetapi, masih ada alasan yang pal...

Liburan Vs Produktif

Liburan itu indah. Indah sekali, sampai kadang kita lupa diri. Seperti tak ingin lepas dari liburan, selalu dengannya setiap saat. Terdengar menyenangkan kan? Ah andai itu bisa. Tapi, jujur saja nih ya, aku sendiri cukup menikmati dan membenci liburan secara bersamaan. Badanku bilang perlu banyak istirahat, sedangkan otakku selalu ingin melakukan sesuatu yang produktif. Selalu. Aku juga sudah lama tak berproduktif. Lebih banyak nganggurnya daripada bergerak menuju ke arah yang lebih baik. Bagaimana ya? Soalnya nikmat... hahaha. Aku sepertinya perlu olahraga lagi. Perlu. Sudah lama dan perutku makin tak beraturan. Otakku pun mulai jenuh. Ah sial, terlalu banyak beristirahat membuatku gila.

Writer's block

Hidup itu kadang lancar, kadang engga. Mostly, banyak ga lancarnya sih fakta di lapangan. Seperti seorang penulis, menjadi penulis itu tidak seenak yang kalian kira. Kalian bilang, bahwa penulis kerjanya nikmat. Cukup menulis, dan menghasilkan duit. Ga gitu juga bangke:(((( kek sekarang ini, aku sedang writer's block, yang di mana aku bingung mau nulis apalagi... jadi yauda lah segitu aja curhatku. Lagian, aku juga sedang berusaha tidak bete dengan diri sendiri karena kesalahanku beberapa saat belakangan ini hahaha

Musim Panas

Aku tidak pernah membenci musim panas. Tidak pernah. Malahan, aku cukup menikmati musim panas. Meskipun akhirnya, aku lebih banyak tidak pakai baju apabila di rumah. Panas di Surabaya ini, tidak menyenangkan sama sekali. Tidak menyenangkan. Seperti terbakar rasanya. Mantan pernah bilang, kalau misalnya musim panas itu menyenangkan. Tidak akan pernah kehujanan, karena memang tak ada hujan sih... Tapi, maksudnya dia adalah kita lebih bebas bepergian tanpa perlu membawa banyak barang. Lebih simpel dan mudah. Begitulah. Aku sesungguhnya tidak setuju, karena banyak alasannya. Seperti, aku selalu kepanasan kalau bepergian ke luar. Iya, selalu kepanasan. Terutama, akhir-akhir ini. Karena kesempatan untuk naik sepeda motor makin meningkat, maka aku semakin sering ketemu dengan jalanan yang panas dan matahari yang tak santai. Oke, kamu akan menyarankan untuk menggunakan jaket, tapi bagaimana bilangnya ya? Aku bukan tipikal orang yang ke mana-mana pakai jaket. Apalagi, badanku ini gampa...

Rindu Jakarta

Aku rindu Jakarta. Rindu ramenya. Padatnya. Tak beraturannya. Hingga gang sempit pun, aku rindu padanya. Hampir tak ada 1 hal pun yang tak aku tahu tentangnya. Mulai dari hal baik. Hingga buruk pun, aku tetap cinta. Tak ada apa-apa di Jakarta. Hiburan pun hanya itu-itu saja. Tapi aku tak tahu mengapa. Kenapa rindu akan Jakarta cukup besar? Padahal, aku benci. Benci, tetapi rindu. Ah, terserah. Aku tak mau ambil pusing dulu. Aku cuma ingin bilang. Bahwa aku rindu.

Bersyukur.

Aku punya beberapa kebiasaan aneh, kalau misalnya sedang dalam keadaan sendiri. Iya, sendiri yang totalitas. Ketika tidak ada yang bisa diajak bercerita dan berbagi. Aku selalu melakukan beberapa kegiatan, yang umumnya, orang lain berusaha untuk menolak melakukannya. Salah satunya, adalah berkelana ke dalam diri sendiri. Semalam, ketika aku berusaha berkelana ke dalam diri, mencoba mencari tahu sesuatu, yang kutemukan adalah kehampaan. Iya, aku merasa hampa semalam. Tidak ada yang bisa aku temukan, kecuali diriku yang lain. Diriku yang lain ini, datang menghampiriku. Ada apa? Tanyaku dalam batin. Dia hanya tersenyum beberapa saat, tanpa banyak berkata-kata. "Ada apa?" Tanyaku padanya, masih berusaha mengartikan maksudnya. "Tidak, aku hanya rindu padamu." Jawab Lana, diikuti dengan duduk di sebelahku. Lalu, terdiam beberapa saat. Tiba-tiba terdengar suara lagu, tanpa penyanyi, hanya alunan musik saja. Tidak menggebu, tetapi membikin hati tenang. Ah, kapan ter...

Berubah.

"Perubahan itu baik, kan ya?" Tanyaku pada diri, sedang berusaha meyakinkan. Aku masih belum bisa menjawab ini. Masih. Tapi aku sekarang merasa sedang berubah. Iya, berubah. Aku belum yakin, sejak kapan aku mulai berubah. Mungkin, ketika Lingkar Sinergi ini mulai berjalan. Mungkin. Semua yang aku lakukan, aktivitasku mulai berantakan. Jadwal harian yang sudah aku buat, harus disusun lagi dari awal. Semua terasa kacau. Dulu, yang sering sekali aku berusaha untuk menulis di blog ini, mulai tergantikan oleh kegiatan dengan LS. Kalau mau memaksa, ya malam begini baru buat tulisan. Jujur, aku kurang suka menulis malam tanggung seperti ini. Kalau perlu, tengah malam sekalian biar lebih khidmat. Sempat rajin bermain gitar, karena sudah masuk ke dalam hobi dan perlu belajar. Menjadi merasa mual ketika memainkannya. Kurang tahu kenapa, tetapi sepertinya aku terlalu banyak berlatih hingga rasa yang muncul berikutnya bukan cinta. Belajar bahasa di Duolingo pun terbengkalai, karena s...

Apresiasi Diri

Apresiasi diri itu penting. Aku selalu bilang hal ini kepada diri sendiri, dan orang terdekatku. Selalu. Meskipun, jujur saja, konteks untuk mengapresiasi tiap individu bisa berbeda-beda bentuknya. Ada yang melakukannya dengan berkumpul bersama teman hingga larut malam tiba, ada juga yang duduk di rumah lalu mendengarkan lagu klasik hingga tertidur, ada juga yang keliling kota sambil menikmati musik tanpa banyak bicara. Banyak contohnya. Beberapa teman pernah bertanya, "kenapa sih, kamu selalu bahagia begitu Cal? Terlihat tidak pernah sedih, selalu berpikir positif, selalu ada senyum dalam wajahmu. Kok bisa?" Aku tidak menjawabnya secara langsung. Terkadang, mendengarkan itu lebih menyenangkan daripada harus menjawab sebuah pertanyaan bukan? Terkadang. Aku sendiri sebenarnya belum tahu jawaban pastinya, karena ini sangat beragam menjawabnya. Aku rasa, salah satu alasan kenapa aku selalu bahagia adalah bentuk apresiasi terhadap diri sendiri. Aku rasa begitu. Setelah sehar...

Kurang Percaya Diri

Hal paling memalukan yang ada di dunia, menurutku adalah kurang percaya diri. Apalagi, kurang percaya sama diri sendiri. Ini. Buruk. Banget. Dan, aku sedang dalam posisi ini. Kalau ditanya, kenapa kurang percaya diri? Aku sendiri masih belum menemukan alasan yang jelas dan tepat. Aku tak tahu. Sudah sekian hari ini aku masih merasakan itu. Seperti ada perasaan yang mengganjal, dan aku tak tahu itu apa. Mungkin karena kuliah? Tidak juga, kuliahku aman. Meskipun jujur saja, jauh sekali dari kata sempurna dan baik. Jauh sekali. Bukan karena itu aku tidak percaya diri. Karena percintaan? Uh... aku tidak bakat dalam hal ini, tetapi aku mengerti, bukan karena ini juga yang membuatku dalam perasaan yang sekarang. Aku cukup menikmati dalam posisi sekarang ini. Cukup. Ekonomi? Bagaimana bilangnya ya... meskipun aku sedang dalam keuangan yang cukup buruk. Tetapi itu bukan berarti aku sedang tidak percaya diri. Masih bisa kok aku bertahan hidup sampai akhir bulan. Masih bisa kok. Aman po...

Kecewa

Sebenarnya, untuk menjadi kecewa itu sangat mudah. Cukup  menaruh ekspektasi yang tinggi kepada diri sendiri, atau orang lain. Cukup mudah, kan? Tidak perlu banyak usaha untuk kecewa. Aku kasih contoh sederhana, ketika kamu sudah ada janji untuk keluar dengan temanmu jam 7 malam nanti, tetapi dia tiba-tiba membatalkannya jam 6 sore. Sederhana bukan? Usaha untuk kecewa itu tidak perlu belibet. Hanya menaruh harapan cukup tinggi akan sesuatu. Sudah. Contoh lain deh, kamu sudah berusaha cukup keras untuk diri sendiri, menghabiskan banyak waktu, berlatih sekuat tenaga, tetapi ketika kamu ikut lomba, kamu tidak datang karena kelelahan. Kecewa bukan? Iya, kecewa memang cukup sesederhana itu. Cukup, sesederhana itu. Aku sendiri, sudah mulai jarang menaruh harapan kepada diri sendiri dan juga sesama manusia. Capek sendiri jadinya. Seperti tidak ada habisnya rasa kecewa yang akan dikeluarkan. Air mata itu seperti air terjun, mengalir deras tanpa tahu kapan akan berhenti. Capek hati dan j...

Lumayan.

Kemarin adalah hari yang lumayan. Kuliah pagi ada kelas Lalu lanjut berkencan Tiba-tiba dapat kabar tidak diterima jadi penyiar. Terus malamnya ada les Perancis. Dan diakhiri dengan bercerita bersama teman baru. Lumayan. Tidak sempurna. Tapi akhirnya merasa menjadi manusia. Akhirnya, merasa menjadi manusia. Lumayan. Eh, tapi... Harimu bagaimana?

Next step.

Ujian kelar. Masalah berkurang 1. Lalu muncul masalah lainnya. Pertanyaan berikut yang muncul, Apa aku siap? Diam aku, tak bisa menjawab. Lalu musik kesayangan terputar begitu saja, dalam kepala. Ku benamkan dalam nadanya. Lirik, dan suasananya. Tak perlu banyak kata yang diucap. Hanya perlu meyakinkan diri sendiri. Iya, aku siap.

Musik Itu ...

Mendengarkan musik itu sudah menjadi salah satu bagian yang tak bisa dipisahkan oleh manusia. Setidaknya, dari diriku sendiri. Aku cukup senang mendengarkan lagu, dari beragam macam genre. Mulai dari yang EDM seperti musik kebanyakan sekarang, hingga yang hanya konsumsi pribadi, lagu-lagu klasik nan pelan. Aku suka semua lagu. Like , seriously. Tingkatan kesukaanku itu bisa dibilang sangat candu. Bahkan hampir tidak ada kesempatan, tidak mendengarkan lagu. Selalu ada kesempatan. Selalu. Bahkan, tidur pun aku mendengarkan lagu. Meski, genrenya beda ketika aku dengar ketika pagi hari dan saat ada aktivitas. Beda. Menurutku, lagu itu bisa membawa banyak hal. Termasuk memori salah satunya. Ya, kalau bilang begini, biasanya berakhir dengan mellow . Padahal, faktanya tidak begitu. Oke , let's say , kalau misalnya lagu Indonesia banyak sekali yang sendu mendayu-dayu. Karena, memang pasarnya begitu adanya. Bahkan, lagu metal pun begitu liriknya. Dangdut ya begitu. Kita...

Dilema Penulis

Hidup itu penuh dilema. Apa pun itu bisa selalu dijadikan bahan untuk dilema. Ambil contoh saja yang sederhana, seperti enak mana, antara bubur yang diaduk atau tidak? Atau memilih makan mi kuah atau mi goreng? Selalu ada dilema di dalam setiap kesempatan. Selalu ada. Aku pun sebenarnya lebih suka hidup sederhana, dan penulis adalah salah satu jawabannya. Kenapa? Karena dengan menjadi penulis, kita bisa menuliskan skenario seenak jidat kita. Iya, kita bisa bermain dengan kata-kata, sehingga para pembaca bisa mendapatkan pesan kita, meskipun yang kita tahu, setiap manusia memiliki cara pandangnya sendiri. Tapi tak masalah, setidaknya mereka mendapatkan garis besar yang aku inginkan. Setidaknya begitu. Sebenarnya, masalah yang ada lebih kompleks lagi. Kalau misalnya menulis sesuatu yang non-fiksi, seperti berita atau sejenisnya, kita bisa menyampaikannya dengan mudah, karena berdasarkan fakta atau pengalaman yang pernah terjadi. Bisa juga, kita menempatkan diri kita sebagai piha...

Semangat Senin

Hari ini sibuk Cukup sibuk. Hingga lupa, kalau kamu menunggu. Menunggu tulisanku, untuk dibaca selalu. Maafkan aku, teman. Tapi, izinkan aku mendua. Mendua, untuk kehidupan yang lebih indah. Hingga aku, bisa lulus kuliah tanpa ada rasa beban. Sebelum aku tutup tulisan ini yang kurang bermakna. Biarkan aku mendoakanmu sejenak. Tidak banyak, cukup sederhana. Semoga harimu indah, dan diberi ketenangan hingga dalam benak. Aku sayang kamu, teman. Meski hanya lewat tulisan. Tatap muka pun mungkin tak pernah. Tapi, raga dan semangatmu selalu tetap hangat dalam jiwa. Yuk, Semangat hari Seninnya! (:

Nikmati Hari

She asked me, "can i kiss you, tonight?" Aku terdiam, tak banyak yang bisa aku ucapkan saat itu.   Malam cukup larut, dengan hati yang sedikit carut-marut. Banyak kejadian yang terlewati beberapa saat sebelum malam ini dengannya, dan aku masih belum bisa menjawabnya.   Aku paling benci mengingat masa lalu. Maksudku, sangat benci. Bagaimana bisa, kamu membiarkan dirimu tenggelam dalam kenangan, sedangkan banyak hal yang harus dilakukan pada saat yang bersamaan? Bagaimana bisa? Aku tidak mau meluangkan waktuku terbuang dengan percuma, hanya karena aku mengingat seseorang yang sudah tidak di sisiku. Iya, akhirnya dia telah pergi ke sisi yang lain.   Aku pernah dibilangi oleh salah seorang temanku, "hiduplah dengan melihat masa depan, tetapi jangan lupa menikmati masa ini." Dan ya, aku mulai bertemu dengan banyak orang sejak saat itu. Memulai lagi dari awal, perlahan tapi pasti. Setelah diberi "jeda" yang cukup besar oleh Tuhan, akhirnya aku mula...