Sepotong Cerita di Dalam Mobil.
Aku rindu menulis sesuatu yang cukup serius, maka baiklah mari aku coba tulis sesuatu yang serius lagi. Tentang, sepotong cerita di dalam mobil.
Aku termasuk tipikal orang yang banyak berbicara di tengah keramaian, tetapi hemat berbicara kalau dalam kelompok. Hemat saja. Malas sekali rasanya berbicara kalau lagi bersama teman-teman. Entah itu teman akrab, atau mungkin dalam komunitas. Kalau ditanya kenapa? Mungkin alasannya adalah, lingkunganku yang saling mendominasi. Selalu mengeluarkan suaranya sendiri, hingga sebagai penyeimbang, aku memutuskan untuk diam, dan mendengarkan. Iya, diam dan mendengarkan.
Kamu mungkin berpikiran, kenapa harus menjadi pasif sih? Bukannya kamu termasuk orang yang aktif? Iya, benar aku orangnya aktif kok. Aktif sekali bahkan, banyak gerak, hingga sering badanku jatuh sakit karena itu. Tapi tidak parah sih, cuma tertidur pulas saja di kasur. Nah, karena itu juga aku memutuskan untuk diam, pasif dengan keadaan sekitar. Tetapi, masih ada alasan yang paling utama, yaitu manfaat mendengarkan.
Kamu tahu tidak, manfaat dari mendengarkan? Manfaat dari mendengarkan salah satunya adalah, menambah ilmu. Iya, menambah ilmu. Dengan mendengarkan, kita belajar memahami karakteristik kita, mengetahui keadaan sekitar, dan terpenting, mengetahui segala hal dari lawan bicara kita. Itu bisa terlihat dari gesture yang diberikannya, nada, intonasi, penekanan, dan berbagai hal yang diutarakannya. Kalau sudah tahu itu, setidaknya kamu punya modal sendiri dalam bercerita, dan menanggapi lawan bicaramu.
Terdengar menyenangkan dan mudah kan? Tidak bisa begitu, ada beberapa variabel lainnya. Salah satunya adalah keadaan sekitar. Keadaan yang kondusif, membuat kita bisa memahami lebih cepat, daripada keadaan yang ramai dan berantakan. Lebih mudah memahami ketika kita punya forum grup diskusi berisi maksimal 10 orang, daripada punya 1 kelas perkuliahan yang isi mahasiswanya ada sekitar 80an. Benar tidak?
Maka karena alasan itu pula, aku memutuskan untuk menggunakan mobil sebagai mediaku bercerita. Kalau tidak mobil, masih ada tempat lain kok. Seperti misalnya ke tempat makan langganan. Mungkin kamu bertanya, kok bisa tempat makan langganan? Kan itu tempat ramai? Ya, kalau kamu sudah langganan, bukannya sudah tahu kondisi lingkungannya? Jadi lebih mudah membuat kondusif, kan? Tapi tetap, aku prefer cerita di mobil. Lebih tenang, privat, dan berasa lebih intim. Iya, intim.
Karena hal itu pula, banyak sekali temanku yang terbuka bercerita di dalam mobil. Mereka menceritakan banyak hal. Mulai dari mimpi, harapan, cita-cita, masa lalu, hingga yang paling tidak masuk akal, yakni harapan. Mereka perlahan memberikan harapan padaku, harapan untuk tumbuh, berkembang, saling menyayangi dan yang terpenting adalah sifat percaya. Iya, percaya. Apa yang lebih berharga dari rasa percaya? Aku rasa, tidak ada.
Jujur, setelah hal itu, tanggung jawab akan semakin berat. Bagaimana kita bisa berniat menghancurkan kepercayaan seseorang? Ayolah, kalau jahat tidak perlu begitu juga. Cukuplah jadi orang yang bisa dipercaya, karena tidak ada ruginya juga kan? Lagi pula, kamu mendapatkan hal lainnya kok, seperti pengalaman orang lain. Sehingga kamu tak perlu melakukan hal itu, untuk memahami posisinya, bukan? Win-win Solution. Ah, terdengar berat sekali.
Oke, daripada aku makin banyak omong, mari kita nikmati weekend ini dengan bersantai saja~
Komentar
Posting Komentar