Kecewa

Sebenarnya, untuk menjadi kecewa itu sangat mudah. Cukup  menaruh ekspektasi yang tinggi kepada diri sendiri, atau orang lain. Cukup mudah, kan? Tidak perlu banyak usaha untuk kecewa.

Aku kasih contoh sederhana, ketika kamu sudah ada janji untuk keluar dengan temanmu jam 7 malam nanti, tetapi dia tiba-tiba membatalkannya jam 6 sore. Sederhana bukan? Usaha untuk kecewa itu tidak perlu belibet. Hanya menaruh harapan cukup tinggi akan sesuatu. Sudah.

Contoh lain deh, kamu sudah berusaha cukup keras untuk diri sendiri, menghabiskan banyak waktu, berlatih sekuat tenaga, tetapi ketika kamu ikut lomba, kamu tidak datang karena kelelahan. Kecewa bukan? Iya, kecewa memang cukup sesederhana itu. Cukup, sesederhana itu.

Aku sendiri, sudah mulai jarang menaruh harapan kepada diri sendiri dan juga sesama manusia. Capek sendiri jadinya. Seperti tidak ada habisnya rasa kecewa yang akan dikeluarkan. Air mata itu seperti air terjun, mengalir deras tanpa tahu kapan akan berhenti. Capek hati dan juga capek pikiran. Lelah saya.

Meskipun sudah sangat jarang menaruh harapan kepada orang lain, dan juga diri sendiri. Tetapi rasa kecewa itu pun tetap datang. Tetap datang. Seperti apa kata yang tepat yang dituliskan ya? Aku sendiri masih belum menemukan kata yang tepat. Masih belum.

Tetapi, untuk sekarang ini, akhirnya aku merasakan 1 hal. Ternyata, kecewa itu menyenangkan juga. Mengingatkanku bahwa aku ini manusia normal, dan berhak sekali untuk kecewa. Berhak sekali untuk kecewa.

Aku tidak akan mengeluh, karena terlalu banyak kata buruk yang telah mengambang di udara. Aku hanya akan berdiam diri. Menikmati sedikit rasa kecewa. Dan terpenting, tetap bersyukur karena masih merasakan jadi manusia. Masih merasakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020

Pecel Lele | Puisi