Ahok: Politik Akal Sehat | Review Buku


Hal yang paling malas dibahas setelah kehidupan yang membosankan, adalah politik. Jujur, gue ga benci dengan politik, how can someone hate the good thing? Benar, politik adalah hal yang baik, lu ga salah baca kalimat barusan, yang bikin jelek politik adalah orangnya, atau lebih tepatnya oknumnya. Oknum yang diberi kuasa untuk menentukan sesuatu, bukan untuk kepentingan orang banyak, tetapi untuk dirinya sendiri. *kemudian terdengar suara 'wooooooo... sok bijak anjer.'*

Gue, kalau boleh jujur, lumayan mengikuti dunia politik, tapi gue memutuskan untuk ga terjun di hal ini, kenapa? Gue mau idealis, makanya gue terpaksa untuk tidak terjun karena alasan itu. Lagipula, kalau kita bisa lihat periode sekarang ini, banyak sekali orang - orang kompeten yang sudah dan akan mengisi posisi strategis di ranah politik ini, seperti Jokowi, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi dan banyak tokoh lainnya.

Kalau disuruh milih buku tentang biografi seseorang, biasanya gue suka milih yang sangat krusial, seperti misalnya Habibie, Gus Dur, Quraish Shihab, Ahok, dan masih banyak tokoh lainnya. Karena buku yang baru gue baca adalah Ahok, jadi dalam postingan kali ini bakalan ngebahas tentang buku ini, Ahok: Politik Akal Sehat.

Ahok sendiri, namanya cukup santer didengar orang - orang, dengan image sebagai orang yang cenderung berkata kasar dan keras kepala terhadap sekelompok orang tertentu ini. Tentu tidak asing di pikiran orang - orang. Hampir semua orang mengenal dia, meskipun kalau kita lihat di sosial media atau portal berita online, banyak hal yang jelek - jelek, tapi tidak sedikit juga yang menyukainya.

Di dalam buku ini, Meicky Shoreamanis Panggabean, sang penulis yang bukan seorang wartawan ini menceritakan tentang kisah hidup seorang Ahok dengan sudut pandang yang berbeda. Tidak hanya melakukan wawancara dengan yang bersangkutan, tetapi dia terjun langsung untuk melihat bagaimana kondisi yang sebenarnya terjadi. Seperti ke Bangka Belitung, sanak keluarga yang masih hidup dan beberapa ahli yang pernah bersinggungan dengannya.

Ahok diceritakan bukan hanya dari sisi manisnya saja, tetapi dari segi negatif yang tidak banyak orang tahu, seperti misalnya, dia bercerita kalau dia pernah menonton film porno ketika masih SMP, beliau mengakui hal tersebut dan tidak malu mengutarakannya. Sungguh menarik bukan? Penulisannya pun sebenarnya menjadi titik masalah dari buku ini, karena dia melakukan wawancara dengan beberapa orang, dalam kondisi formal maupun informal, bahasa yang digunakan cenderung semi-kaku. Terkadang baku, di lain hal sangat santai, gue sendiri baca buku ini lompat - lompat. Ya karena gaya penulisan itu, mungkin ada baiknya dipoles terlebih dahulu sebelum diterbitkan. Sehingga pembaca dapat menikmati buku ini.

Gue sangat menganjurkan lu buat baca buku ini, kenapa? Karena lu bakalan ngerti, bahwa Ahok ini adalah orang biasa, biasanya orang yang merasa 'derajat'nya lebih rendah, suka lupa akal kalau ternyata manusia itu pada dasarnya sama saja. Buku ini membuktikan bahwa Ahok adalah makhluk pribumi normal seperti pada umumnya. Untuk lu yang belajar menulis biografi, bisa juga dijadikan acuan, mengenai apakah gaya penulisan atau penyampaian dan sejenisnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi berakhiran U

Saat Mimpimu Lebih Besar Daripada Sebelumnya | 14 Januari 2020

Pecel Lele | Puisi