Day 16. Disabilitas. #31DaysChallengeYourself
Mau tahu cara bersyukur tapi mudah? Mudah, cukup datangi
panti asuhan. Mau lebih bersyukur lagi? Cari panti asuhan buat orang
disabilitas. Mau lebih lebih lebih bersyukur lagi? Cari panti asuhan yang
isinya orang – orang punya masalah dengan mental, atau bahasa sekarangnya
disebut autis.
Jadi, kemaren adalah sesi projek. Gue jalan – jalan ke Sri
Lanka ini ga hanya buat main – main, tentu ada projek yang harus dikelarin.
Projeknya namanya I Respect You. Ini tentang gender equality atau kalau diartiin maksudnya adalah kesetaraan gender. Jadi, ga ada bedanya tuh antara
perempuan dan laki – laki. Itu tujuan utama dari projek ini.
Awalnya, ketika 1 hari setelah sampai di sini, dan ngomong
dengan beberapa teman dari China yang 1 projek. Mereka bilang kalau projeknya
udah selesai. Gue shock lah. Pengen ngomel, tapi gimana? Kan udah sampai juga.
Terus, untungnya dikasih sesi tambahan. Lalu, gue ga jadi mangkel deh. Hehe.
Nah, sesi tambahan ini yang sebenarnya agak ngehek. Awalnya
kita disuruh untuk menghibur orang yang difabel. Buat lu yang ga tau, mereka
ini punya keterbatasan, tapi masih normal, seperti tunarungu atau tunawicara.
Dan katanya lagi, ada sekitar 35 anak. Ini kata yang ngadain projek. So,
akhirnya kita mempersiapkan segalanya. Mulai dari lagu, permainan sampai dansa.
Yang mudah – mudah, intinya kan Cuma untuk menghibur dan mencairkan suasana.
Sesampainya di tempat, ternyata ada salah komunikasi. Jadi
ternyata yang dimaksud difabel itu, punya masalah dengan mental, atau disebut
juga dengan autis itu. Dan lebih kesalnya lagi, ternyata bukan yang lebih muda,
mereka rata – rata umur diatas 30 tahun. Kesal? Jelas. Marah? Banget. Shock?
Masih perlu dijelaskan lagi kondisinya bagaimana?
Karena udah sampai di tempat, ga mungkin kan gue marah –
marah, lagian juga mau marah – marah pakai inggris itu ga keren banget. Mau
pakai bahasa Indonesia, ga enak juga didengar anak – anak. Bukan karena ngerti,
pasti mereka ngeliatin kek orang bego gitu lah. Akhirnya gue berusaha
menikmati. Meskipun susah, awalnya.
Setelah 90 menit lebih di sana, dari jam 10 sampai setengah
12. Gue mulai berusaha memahami, kenapa hal ini bisa ada? Apa karena lingkungan
yang begitu kejam, sehingga mereka stress dan jadi gila? Atau mungkin karena
bawaan dari lahir, terus keluarganya merasa malu makanya begitu? Entahlah. Di
situ, waktu itu, gue benar – benar merasa sangat bersyukur. Ntar gue kasih link
videonya deh, biar kalian ngerti situasinya kayak gimana.
Komentar
Posting Komentar