Next Step
Semalam, setelah percakapan cukup panjang. Meskipun ga penting - penting banget. Kenapa? Karena hanya bercerita tentang masalah pribadi, dengan berusaha untuk mendengarkan satu sama lain. Isinya pun bukan masalah yang harus dipikirkan. Tapi mungkin lebih ke arah untuk memahami, mencari ketenangan, atau bahkan hanya sekedar untuk didengarkan saja.
Percakapan dengan teman (sebenarnya dulu, waktu masih SMA disebut guru, karena semua masalah selalu diceritakan ke dia, tapi untuk sekarang, sepertinya kurang relevan, karena saling memberi saran satu sama lain.) dari jam 9 malam hingga jam setengah 2 pagi, tidak menghasilkan banyak hal, tetapi lebih ke arah untuk keyakinan. Yakin kepada diri sendiri.
Dia, bercerita bahwa baru saja menikah, dan ketika menikah, tanggung jawab dan semua masalah yang dipunya lebih berat lagi daripada sebelumnya, wajar. Pernikahannya pun baru berusia 2 tahun lebih, tapi dia bercerita banyak hal, meskipun masih ada yang ditutupi. Yang bisa gue lakukan apa? Mendengarkan, karena secara psikis dan fakta, gue belum pernah mengalami hal itu, tetapi dari situ, gue bisa mencoba memahami dan mengambil beberapa langkah yang pantas, yang bisa gue terapkan ketika nikah nanti.
Gue sendiri, cerita bahwa lagi ada masalah yang sebenarnya cukup sepele. Di mata teman - teman, gue cukup ambisius, karena banyak banget yang gue ambil, padahal baru awal bulan. Jujur, gue ragu, bukan ragu kepada Tuhan, lebih ragu kepada diri sendiri, apakah gue cukup capable dalam hal ini? Apa gue memang pantas? Dan masih banyak hal lainnya yang terlintas dipikiran gue. Boleh jujur? Gue merinding, banget. Seperti yang awalnya hanya bercandaan belaka, dengan niat tentunya. dan tujuan utama untuk memaksa diri sendiri supaya lebih produktif, dan ternyata Tuhan memberi hal yang awalnya hanya gue inginkan, menjadi gue butuhkan. Merinding kan? Ah, apapun itu, gue hanya berusaha dan berserah diri pada-Mu. Amin.
Komentar
Posting Komentar