Day 28. Demokrasi dan Komunis #31DaysChallengeYourself
Semalem, beberapa hari sebelum gue balik ke Indonesia. Gue
diskusi dengan Julia, dari China. Lumayan cakep sih, tapi ga cocok untuk
dijadiin pacar, karena bukan tipe gue. Kalau dibandingin yang lain, doi yang
paling cakep dan bening. Hehe.
Tema diskusi awalnya adalah, ingin belajar bahasa inggris.
Jadi karena di China, dan gue juga baru tahu hal ini, kalau misalnya lu ngomong
inggris di sana, kecuali Hongkong. Lu bakalan diliatin, apalagi kalau muka lu
China banget. Mereka kek bilang “eh si kampret belagu amat sih, lu China ya
China aja.” Gitu katanya.
Lalu kami diskusi beberapa hal, mulai dari hal sepele
seperti soal pacar, teman, gebetan dan sejenisnya. Kebudayaan di China beda
banget, mereka bilang, karena populasi cewe lebih sedikit daripada cowo, maka
cewe bener – bener dijaga banget. Hingga akhirnya, kalau masih kuliah, ga
dibolehin yang namanya pacaran. Eh, tapi namanya anak muda, pasti ada aja
caranya. Dan mereka bingung sama gue, kenapa gue sebegitu beraninya ke rumahnya
si cewe buat ngajak keluar? Kalau di China sana mah, udah abis, gitu katanya.
Terus setelah basa – basi ga jelas, akhirnya doi cerita
tentang sistem pemerintahannya, awalnya sistem pemerintahannya komunis,
sekarang berubah jadi sosialis dengan kebudayaan China. Kenapa gitu? Karena
sekarang mereka bisa pakai beberapa media sosial, seperti WeChat, Baidu (re:
Google-nya China) dan beberapa aplikasi lokal. Tapi tetap, ga bisa pakai
Google, Facebook, Twitter dan sejenisnya.) Lucu kan? Mau terbuka, tapi nanggung
aja gitu, akhirnya dibuat yang sejenis tapi mengandung unsur lokal. Apalagi hal
ini diperkuat dengan dihilangkannya ujian bahasa inggris, lalu semua artikel
harus dicari sumbernya berdasarkan website China. Bahkan itu berlaku juga buat
yang jurusannya Bahasa Inggris. Bahagia tapi nanggung, kek pacaran bertahun –
tahun tapi ga nikah. Ngehe.
Terus, seingat gue, tentang pemerintahan China adalah,
mereka sedang berusaha mengurangi korupsi, tapi, caranya lucu. Kenapa? Jadi
gini, pemilihan kepala pemerintahan atau sejenis presiden itu ga pakai vote, yang nentukan adalah parlemen itu
sendiri. Gimana caranya tahu orang itu bersih tapi kalau pemerintahannya
dipilih secara tertutup? Ini negara gitu loh, bukan pemilihan ketua kelas atau
ketua geng. Gue ga abis pikir. Untuk gambaran jelasnya, mirip – mirip dengan
jaman Pak Harto menjabat, kalau pengen tau, googling yak!
Setelah itu, gue coba bandingin dengan negara Indonesia,
sistem demokrasi itu cukup menyenangkan dan menarik, apalagi kalau orangnya
udah cukup memahami konsep ini. Tapi yang lucu adalah, di Indonesia ini,
masyarakatnya masih belum siap untuk menerima perbedaan. Contoh aja pilgub DKI
ini yang lagi ramai, ketika orang berbeda pendapat aja, cenderung dibully,
padahal bisa jadi dia menyebarkan fakta, ya kan? Ayolah, dewasa dikit, beda
bukan berarti salah. Dua hal ini sangat berbeda, mohon dibiasakan untuk
mengerti.
Komentar
Posting Komentar